Tiga Macam Cara Shalat subuh ketika Bangun Kesiangan

Im2
Tiga Macam Cara Shalat subuh ketika Bangun Kesiangan ini perlu kita ketahui karena tidak otomatis ketika bangun kesiangan kita bisa langsung shalat subuh. Perlu diperhatikan terlebih dahulu kapan kita bangun tidurnya, jam berapa kita bangunnya. Karena ada waktu-waktu dipagi hari yang dilarang untuk shalat.

Oleh karena itu setidaknya ada tiga macam cara Shalat subuh sesuai dengan waktu bangun tidurnya
  1. Bangun tidur terlambat namun masih dalam waktu subuh
  2. Bangun tidur kesiangan ketika terbit matahari 
  3. Bangun tidur kesiangan hingga waktu dhuha keatas atau matahari telah menyengat

Penjelasan yang pertama: Ketika bangun tidur terlambat namun bangunnya masih dalam waktu subuh

Jika bangun masih dalam waktu subuh tentunya diperbolehkan untuk shalat subuh. Namun tentunya ada kerugian karena tidak dapat mengikuti jamaah shalat subuh di masjid. Namun tentu perlu diperhatikan juga karena ada masjid-masjid yang melambatkan shalat subuh berjamaahnya hingga 30 menit dari awal subuh. (lihat Menyikapi perbedaan waktu shalat subuh di Indonesia). 

Lalu kapan batas akhir waktu subuh yang masih dapat dilakukan ketika kesiangan? Yaitu ketika kita dapat menyelesaikan satu rakaat shalat subuh sebelum waktu terbit matahari. Sehingga walaupun dirakaat kedua kita telah berada diwaktu terbit matahari tidak mengapa. Hal ini sesuai hadits 

dari Abu Hurairah bahwa

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ مِنْ الصُّبْحِ رَكْعَةً قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ الصُّبْحَ وَمَنْ أَدْرَكَ مِنْ الْعَصْرِ رَكْعَةً قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ الْعَصْرَ

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mendapatkan satu rakaat shalat Subuh sebelum terbitnya matahari maka ia telah mendapatkannya. Dan barangsiapa mendapatkan satu rakaat shalat Ashar sebelum terbenamnya matahari maka ia telah mendapatkannya." Sunan Tirmidzi 171

Waktu terbit matahari dalam jadwal shalat sering juga disebut dengan waktu syuruq.


Penjelasan kedua : Bangun tidur kesiangan ketika matahari terbit.

Bahwa jika bangun tidur ketika matahari terbit maka kita tidak boleh langsung melaksanakan shalat subuh, karena waktu itu adalah waktu terbit matahari dimana matahari berada diantara dua tanduk setan.

Qais bin ubaid berkata:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُصَلُّوا حَتَّى تَرْتَفِعَ الشَّمْسُ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَيْ الشَّيْطَانِ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian shalat hingga matahari terangkat karena matahari terbit diantara dua tanduk setan." Musnad Ahmad 20884

Shalat subuh dilakukan setelah matahari memutih atau mulai meninggi dan setelah masuk waktu dhuha

Dari Imran bin Hushain, ia berkata,

كُنَّا فِي سَفَرٍ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِنَّا سَرَيْنَا ذَاتَ لَيْلَةٍ حَتَّى إِذَا كَانَ السَّحَرُ قَبْلَ الصُّبْحِ وَقَعْنَا تِلْكَ الْوَقْعَةِ، وَلَا وَقْعَةَ أَحْلَى عِنْدَ الْمُسَافِرِ مِنْهَا، فَمَا أَيْقَظَنَا إِلَّا حَرُّ الشَّمْسِ، وَكَانَ أَوَّلُ مَنِ اسْتَيْقَظَ فُلَانٌ، ثُمَّ فُلَانٌ كَانَ يُسَمِّيهِمْ أَبُو رَجَاءٍ، وَيُسَمِّيهِمْ عَوْفٌ، ثُمَّ عُمَرُ الرَّابِعُ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا نَامَ لَمْ نُوقِظْهُ، حَتَّى يَكُونَ هُوَ يَسْتَيْقِظُ، لِأَنَّا لَا نَدْرِي مَا يَحْدُثُ لَهُ فِي نَوْمِهِ، فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَرَأَى مَا أَصَابَ النَّاسَ، فَكَانَ رَجُلًا أَجْوَفَ جَلِيدًا، فَكَبَّرَ وَرَفَعَ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيرِ، فَمَا زَالَ يُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ حَتَّى اسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْتِهِ، فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ شَكَوْا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي أَصَابَهُمْ، فَقَالَ: «لَا ضَيْرَ أَوْ لَا يَضِيرُ ارْتَحِلُوا» ، فَارْتَحَلُوا فَسَارَ غَيْرَ بَعِيدٍ، ثُمَّ نَزَلَ فَدَعَا بِمَاءٍ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ نَادَى بِالصَّلَاةِ فَصَلَّى بِالنَّاسِ

“Kami pernah ikut bersama Rasulullah ketika bepergian. Suatu malam kami berangkat, sampai ketika tiba waktu sahur sebelum Subuh terjadilah kejadian tersebut, tidak ada kejadian yang paling mengasyikkan bagi seorang yang bepergian dari hal itu. Ketika itu tidak ada yang membangunkan kami kecuali terik matahari dan orang yang pertama kali bangun adalah Fulan, lalu Fulan, dan mereka menyebutnya Abu Raja' dan menyebutnya Auf, kemudian Umar yang keempat. Sementara apabila Rasulullah tidur maka kami tidak membangunkan beliau sehingga beliau bangun sendiri, sebab kami tidak mengetahui apa yang sedang terjadi pada diri beliau di dalam tidurnya. Ketika Umar bin Al Khaththab bangun dan melihat apa yang dialami oleh para sahabat dan ia adalah seorang yang gagah berani, maka ia pun bertakbir dan mengeraskan suaranya sambil mengucapkan takbir serta terus bertakbir dan mengeraskan suaranya sehingga Rasulullah terbangun mendengar suaranya. Tatkala beliau bangun para sahabat mengadukan apa yang mereka alami, maka beliau berkata, “Tidak mengapa, atau tidak celaka, berangkatlah." Lalu para sahabat berangkat dan belum jauh berjalan, beliau kemudian turun dan meminta air lalu berwudhu, kemudian dikumandangkan shalat dan beliau shalat mengimami orang-orang. Shahih Ibnu Khuzaimah 986 

dan dalam shahih muslim 1100 disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meneruskan perjalanan bersama sahabat, dan setelah matahari memutih, beliau singgah dan shalat subuh bersama. 

Penjelasan ketiga : Bangun tidur kesiangan ketika matahari menyengat.

Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan shabat ketika dalam perjalan pernah bangun tidur hingga matahari menyinari atau menyengat, setelah berudhu salah seorangnya adzan lantas mereka melaksanakan shalat sunnah dua rakat sebelum subuh dan kemudian shalat subuh berjamaah setelah iqomah

Dari Malik bin Rabi’ah bahwa

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَأَسْرَيْنَا لَيْلَةً فَلَمَّا كَانَ فِي وَجْهِ الصُّبْحِ نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَامَ وَنَامَ النَّاسُ فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ إِلَّا بِالشَّمْسِ قَدْ طَلَعَتْ عَلَيْنَا فَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤَذِّنَ فَأَذَّنَ ثُمَّ صَلَّى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ فَصَلَّى بِالنَّاسِ ثُمَّ حَدَّثَنَا بِمَا هُوَ كَائِنٌ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ

"Kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan. Kami berjalan di malam hari. Ketika menjelang Subuh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam singgah lalu tertidur. Semua sahabat juga tertidur, dan mereka terbangun setelah matahari menyinari kami. Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh muadzin untuk adzan, kemudian shalat dua raka'at sebelum Fajar. Kemudian Beliau menyuruhnya kembali untuk iqamah, lalu beliau shalat bersama para sahabat. Setelah itu beliau menceritakan kepada kami keadaan yang akan terjadi sampai datangnya hari Kiamat." Sunan Nasa'i 617

Dan dari Jubair bin muth’im

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي سَفَرٍ لَهُ مَنْ يَكْلَؤُنَا اللَّيْلَةَ لَا نَرْقُدَ عَنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ قَالَ بِلَالٌ أَنَا فَاسْتَقْبَلَ مَطْلَعَ الشَّمْسِ فَضُرِبَ عَلَى آذَانِهِمْ حَتَّى أَيْقَظَهُمْ حَرُّ الشَّمْسِ فَقَامُوا فَقَالَ تَوَضَّئُوا ثُمَّ أَذَّنَ بِلَالٌ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَصَلَّوْا رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ ثُمَّ صَلَّوْا الْفَجْرَ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika dalam perjalanan: "Siapa yang akan menjaga kita pada malam ini, agar kita tidak tertidur dari shalat Subuh?" Bilal berkata: "Aku." Tak tahunya kemudian waktu sudah dekat matahari terbit, telinga mereka tertutup hingga mereka terbangun karena sengatan terik matahari. Lalu mereka bangun. Dia berkata: "berwudhulah", kemudian Bilal adzan. beliau lalu shalat dua rakaat dan para sahabat ikut shalat Fajar dua rakaat. Setelah itu mereka semua shalat Subuh. Sunan Nasa'i 620

Namun kebolehan shlat diluar waktu itu karena ada udzur atau illat yang menyebabkan tertundanya shalat.

dari Anas bin Malik

  1. عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَسِيَ صَلَاةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذَلِكَ { وَأَقِمْ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Barangsiapa lupa suatu shalat, maka hendaklah dia melaksanakannya ketika dia ingat. Karena tidak ada tebusannya kecuali itu. Allah berfirman: {Dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku} (Qs. Thaahaa: 14). Shahih Bukhari 562

Dan hal ini tidak termasuk mengakhirkan atau meremehkan shalat

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah dikatakan mengakhirkan (meremehkan) shalat karena ketiduran, hanyasanya meremehkan (shalat) itu bagi orang yang tidak menunaikan shalat hingga tiba waktu shalat yang lain. Oleh kerena itu, siapa yang melakukan hal ini, hendaknya ia shalat ketika sadar. Dan hendaknya esok hari sebisa mungkin ia melakukan tepat pada waktunya." Shahih Muslim 1099
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar