Benarkah Magrib sebagai awal Hari dalam Islam atau Justeru Maghrib adalah Akhir Siang?

Secara umum umat Islam menggunakan magrib sebagai awal sebuah hari. Dimana ini berangkatkan dari pendapat bahwa bahwa lebih dahulu malam daripada siang. Dan maghrib dimaknai sebagai awal malam.

Benarkah Magrib sebagai awal Hari dalam Islam?

Sebelumnya mari kita lihat perbandingan awal waktu pada kalender umat didunia, yaitu sebagai berikut:
1. Yahudi menjadikan waktu Setelah terbenam matahari (maghrib) hingga terbenam matahari sebagai awal hari

2. China menjadikan Sebelum Tengah malam (pukul 23:00 UTC) awal harinya

3 . Masehi menjadikan Tengah malam (pukul 24:00 / 00:00 UTC) sebagai awal hari

4. Islam menjadikan. Maghrib atau subuh? Sebagai awal hari.

Dari gambaran tersebut terlihat bahwa Kalender Yahudi dan Islam sama- sama menggunakan Maghrib sebagai awal hari atau pergantian kalandernya. Jika demikian bukankah berarti bahwa Kalender Islam mengikuti kalender Yahudi yang menjadikan maghrib sebagi awal harinya. Karena Kalender Yahudi Jauh lebih tua dari kalender Hijiriah. Kalender Yahudi saat ini sudah memasuki Tahun 5780an sementara kalender hijriah baru berada tahun 1440an. 

Apakah ini bermakna bahwa Umat Islam telah bertasyabuh dalam hal kalender Hijriah atau kalender Islam?

Padahal ini dilarang oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari Ibnu Umar ia berkata:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa bertasyabbuh (menyerupai) dengan suatu kaum, maka ia bagian dari mereka." Sunan Abu Daud 3512

Bukankah Magrib memang awal hari dalam islam?

Setidaknya ada dua alasan kenapa maghrib dijadikan sebagai awal hari. 

Pertama Pendapat yang menjadikan malam sebagai awal hari dan magrib adalah permulaan malam.

لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (٤٠)

tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yassin ayat 40)

Kedua Rukhyat dilakukan pada waktu setelah Magrib

Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, atau katanya Abu Al Qasim shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

"Berpuasalah kalian dengan melihatnya (hilal) dan berbukalah dengan melihatnya pula. Apabila kalian terhalang oleh awan maka sempurnakanlah jumlah bilangan hari bulan Sya'ban menjadi tiga puluh." Shahih Bukhari 1776

Berdasarkan Surat Yassin ayat 40 yang dijadikan dalil malam sebagai awal hari justeru bisa menjadi siang sebagai awal hari. Dengan kata (وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ)dan malampun tidak dapat mendahului siang menegaskan bahwa siang sebagai awal hari

Sedangkan dalil yang kedua yang menjadikan waktu melihat hilal atau rukhyat sebagai dasar maghrib sebagai awal hari. Dapat dijawab dengan ayat berikut

Pertama

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

... Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. 2:185)

Ayat tersebut memberikan jawaban tentang kemudahan menetapkan hari. Perintahnya berupa mencukupkan bilangan. Selain bermakna mencukup hari waktu sebulan menjadi 30 hari, ayat tersebut juga dapat dimaknai mencukupkan waktu hingga malamnya yaitu hingga datang fajar sebagai waktu subuh dimulainya berpuasa.

Kedua Malam adalah penutup hari

وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا (٣)وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا (٤)

3. dan siang apabila menampakkannya, 4. dan malam apabila menutupinya, (Qs. Asy Syams ayat 3-4)

وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى (١)وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى (٢)

1.demi malam apabila menutupi (cahaya siang), 2. dan siang apabila terang benderang, (QS. Al lail ayat 1-2)


Ketiga Dalil Hadits yang menyatakan Magrib adalah termasuk waktu siang yaitu akhir siang

dari Ibnu Umar dar

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْمَغْرِبِ وِتْرُ النَّهَارِ فَأَوْتِرُوا صَلَاةَ اللَّيْلِ

dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Shalat Maghrib itu witirnya siang hari, maka lakukanlah witir pada shalat malam." Musnad Ahmad 4615 hadits ini cukup banyak disebutkan diantaranya juga terdapat Sunan At tirmidzi, Muwatha malik, Sunan Ad Daruquthni dan shahih ibnu khuzaimah

Dan kondisi ini dapat kita perhatikan di sekitar kita bahwa pada waktu maghrib waktu itu masih terang, dan siang. Oleh karenanya menjadikan maghrib sebagai awal hari dalam kalender Islam atau perggantian hari perlu menjadi bahan evaluasi umat. 

Terlebih dalam buku Masjidil Haram menyatukan Kalender Islam Dunia, disebutkan bahwa magrib menjadi awal hari menjadikan kalender Islam akan sulit untuk menyatukan waktu Islam Dunia. Dan penulis merekomendasikan bahwa Subuh adalah awal hari dalam subuh. Dan Insya Allah itu dapat menjadi pembuka Jalan perstauan kalender Ummat.


Bukankah Berbuka Puasa dilakukan sampai datangnya malam?

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ 

dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (QS. Al baqarah ayat 187)

Memang benar, ayat menyebutkan menyempurnakan puasa sampai datang malam. Maghrib memang merupakan waktu diantara siang dan malam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk menyegerakan berbuka tidak seperti halnya umat yahudi ketika berpuasa.

Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata, 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ عَجِّلُوا الْفِطْرَ فَإِنَّ الْيَهُودَ يُؤَخِّرُونَ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Manusia akan tetap dalam kebaikan selama mereka bersegera dalam berbuka. Maka segerakanlah berbuka, sebab orang-orang Yahudi mengakhirkannya. " (HR. Ibnu Madja 1688)

dari Umar radliyallahu 'anhu, ia berkata:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ وَأَدْبَرَ النَّهَارُ وَغَابَتْ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila malam telah datang, siang telah hilang, dan matahari telah terbenam, maka seorang yang berpuasa sungguh sudah boleh berbuka." Shahih Muslim 1841

Abdullah bin Abu Aufa berkata:

سِرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَمَّا غَرَبَتْ الشَّمْسُ قَالَ يَا بِلَالُ انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ أَمْسَيْتَ قَالَ انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا قَالَ انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا فَنَزَلَ فَجَدَحَ فَشَرِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ إِذَا رَأَيْتُمْ اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ قِبَلَ الْمَشْرِقِ

Kami berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sementara beliau sedang berpuasa, kemudian tatkala matahari telah tenggelam beliau berkata: "Wahai Bilal, turun dan aduklah untuk kami." Ia berkata: "Wahai Rasulullah, seandainya anda menunggu hingga masuk sore hari dengan sempurna." Beliau berkata: "Turun dan aduklah untuk kami!" Ia berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda masih berada pada siang hari." Beliau berkata: "Turun dan aduklah untuk kami!" Kemudian ia turun dan mengaduk. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam minum kemudian bersabda: "Apabila kalian melihat malam telah datang dari sini, maka orang yang berpuasa telah berbuka." Beliau menunjuk dengan jarinya ke arah timur. Sunan Abu Daud 2005

Hadits- hadits tentang waktu berbuka puasa juga malah memperkuat bahwa kondisi waktu maghrib masih siang dan terang. Dan waktu malam telah datang dibagian timur kita dan matahari terbenam disebelah barat

Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar