Sembilan Tanda alam saat lailatul qadar

Sembilan Tanda alam saat lailatul qadar

Anda yang sudah membaca tulisan lalilatul qadar tentu memahami kemuliaan bagi orang yang berjumpa dengan malam lailatul qadar. Dan kita juga telah diberitahukan tanda-tanda alam saat malam lalilatul qadar hadir ditengah-tengah kita.

Ada setidaknya 19 hadits yang menjelaskan tanda-tanda alam datangnya malam Lailatul qadar yang pernah terjadi pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sahabat. Berdasarkan hadits tersebut setidak ada 9 (sembilan) tanda alam yang menandakan muncul malam lailatul qadar yaitu sebagai berikut :

1. bulan muncul seperti belahan nampan. (HR. Muslim 2001)

2. bulan muncul seakan-akan setengah pelupuk mata. (HR. Ahmad 754)

3. Malam berwarna merah itu. (HR. Ahmad 3384, 4098)

4. hujan di malam harinya disertai angin (HR. Ahmad 20025)

5. Matahari pada pagi harinya seperti baskom, tidak bercahaya dan terik panas hingga ia meninggi. (HR. Abu Daud 1170 HR. Ahmad 20250, 20263)

6. Terjadi pada hari yang kedua puluh tujuh dimana pagi harinya matahari terbit tanpa bersinar (terik panas) (HR. At Tirmidhi 723, HR. Ahmad 3664, 4143, 20247)

7. pada malam kedua puluh tujuh dengan di antara tanda-tandanya adalah terbitnya matahari dengan sinar berwarna putih bersih. ( HR. Ahmad 20248, 20249) 

8. terjadi dimalam ganjil ketika paginya matahari terbit tanpa ada benang sinarnya hingga memutih dan merangkak menaiki langit (siang). (HR. Ahmad 20255)

9. ditandai dengan malam yang terang sepertinya ada rembulan terbit, tenang, sunyi, tidak dingin, tidak panas, tidak dihalalkan bagi bintang-binatang untuk dilemparkan di malam itu hingga pagi, dan tanda-tandanya adalah di pagi harinya matahari terbit merata, pancaran cahayanya tidak seperti rembulan di malam purnama, dan tidak halal bagi setan untuk keluar di saat itu." (HR. Ahmad 21702)



Adapun hadits-hadits secara terperincinya adalah sebagai berikut :

1. bulan muncul seperti belahan nampan
HR. Muslim 2001. Dan Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad dan Ibnu Abu Umar keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Marwan Al Fazari dari Yazid bin Kaisan dari Abu Hazim dari Abu Hurairah, ia berkata; Kami teringat dengan malam Lailatul Qadr di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau pun bersabda: "Siapakah di antara kalian yang teringat ketika bulan muncul seperti belahan nampan?."

 
2. bulan muncul seakan-akan setengah pelupuk mata
HR. Ahmad 754. Telah menceritakan kepada kami Abdullah, Telah menceritakan kepadaku Muhammad Bin Sulaiman Luwain Telah menceritakan kepada kami Hudaij dari Abu Ishaq dari Abu Hudzaifah dari Ali, dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku keluar ketika bulan muncul seakan-akan setengah pelupuk mata, " kemudian beliau bersabda: "Malam itu adalah malam Lailatul Qodar."

3. Malam berwarna merah 
HR. Ahmad 3384. Telah menceritakan kepada kami Amru bin Al Haitsam Abu Qathn telah menceritakan kepada kami Al Mas'udi dari Sa'id bin Amru dari Abu Ubaidah dari Abdullah bin Mas'ud bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; Kapan terjadi lailatul qadar? Beliau bersabda: "Siapa dari kalian yang ingat malam berwarna merah itu?" Abdullah berkata; Aku, demi ayah dan ibuku jadi tebusanmu. Dan sesungguhnya di kedua tanganku ada beberapa kurma yang menjadikan menu sahurku sambil bersembunyi di balik bagian belakang tungganganku karena fajar tiba. Hal itu terjadi ketika bulan telah muncul.


4. hujan di malam harinya disertai angin
HR. Ahmad 20025. Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abu Ghalib telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Syarik berkata, Ayahku menceritakan kepadaku dari Simak dari Jabir bin Samurah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersunguh-sungguhlah mencarai lailatul qadar di sepuluh hari terakhir Ramadan di bilangan ganjil. Sungguh aku menyaksikannya dan mengenalinya dengan hujan di malam harinya disertai angin -atau beliau bersabda- hujan dan angin."


5. Matahari pada pagi harinya seperti baskom, tidak bercahaya dan terik panas hingga ia meninggi.
HR. Abu Daud 1170. Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb dan Musaddad sedangkan maksudnya sama, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari 'Ashim dari Zirrin dia berkata; aku bertanya kepada Ubay bin Ka'b; "wahai Abu Mundzir, beritahukanlah kepadaku mengenai lailatul qadr!, karena sesungguhnya sahabat kami (Ibnu Mas'ud) pernah di tanya tentang lailatul qadr, lalu dia menjawab; "Barangsiapa melakukan (qiyamullail) setahun penuh, maka ia akan mendapatkannya." Ubay bin Ka'b berkata; "Semoga Allah merahmati Abu Abdurrahman, sungguh dirinya telah mengetahui bahwa lailatul qadr terjadi pada bulan Ramadhan." Musaddad menambahkan; "Tapi beliau tidak senang jika kalian bergantung pada lailatul qadr -atau- beliau lebih suka jika kalian tidak bergantung pada lailatul qadr. Demi Allah, sesungguhnya lailatul qadr itu terjadi pada bulan Ramadhan yaitu pada tanggal dua puluh tujuh tanpa terkecuali." Tanyaku; "Wahai Abu Mundzir, bagaimana kamu dapat mengetahui hal itu?" dia menjawab; "yaitu dengan tanda-tanda yang pernah di beritahukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." aku berkata kepada Zirr; "Apakah tanda-tandanya?" dia menjawab; "Matahari pada pagi harinya seperti baskom, tidak bercahaya hingga ia meninggi."


6. Terjadi pada hari yang kedua puluh tujuh dimana pagi harinya matahari terbit tanpa bersinar (terik panas)
HR. At Tirmidhi 723. Telah menceritakan kepada kami Washil bin Abdul A'la Al Kufi telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin 'Ayyasy dari 'Ashim dari Zirr berkata; Aku bertanya kepada Ubay bin Ka'ab; "Wahai Abu Mundzir, dari mana engkau tahu bahwa lailatul Qodar pada malam dua puluh tujuh?" dia menjawab: "Memang demikian, telah mengabarkan kepada kami Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa itu adalah malam, yang mana pagi harinya matahari terbit tanpa bersinar lalu tanda tersebut kami hapalkan. Demi Allah sebenarnya Ibnu Mas'ud mengetahui tanda tersebut pada bulan Ramadlan. Dan itu pada malam ke dua puluh tujuh, namun dia tidak ingin mengabari kalian karena takut kalian hanya akan menunggu tanpa beramal." Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan shahih."

7. pada malam kedua puluh tujuh dengan di antara tanda-tandanya adalah terbitnya matahari dengan sinar berwarna putih bersih
HR. Ahmad 20248. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari Ajlah dari Asy Sya'bi dari Zir bin Hubaisy dari Ubay bin Ka'b dia berkata, "Malam lailatul qadar adalah malam ke dua puluh tujuh dalam bulan Ramadan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kami bahwa di antara tanda-tandanya adalah terbitnya matahari dengan sinar berwarna putih bersih." Telah menceritakannya kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris dengan sanadnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seperti hadits tersebut. Namun ia menambahkan, "Matahari terbit tanpa terik panas."

8. terjadi dimalam ganjil ketika paginya matahari terbit tanpa ada benang sinarnya hingga memutih dan merangkak menaiki langit (siang).
HR. Ahmad 20255. Telah menceritakan kepada kami Abdullah telah menceritakan kepadaku Abbas bin Walid An Narsi ia berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Syu'aib dari Ashim dari Zir bin Hubaisy dari Abdullah bahwa ia mengatakan tentang lailataul qadar, "Barangsiapa melaksanakan shalat malam setahun maka ia akan mendapatkannya." Maka aku bergegas pergi ke tempat Utsman bin Affan, aku berharap bertemu beberapa sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar." Ashim berkata, " Ubay bin Ka'b dan Abdurrahman bin Auf melazimkannya untuk melaksanakan shalat hingga terbenam matahari, lalu shalat dua kali sebelum Maghrib." Ashim berkata, "Aku bertanya pada Ubai -Dia adalah seorang yang berperangai kasar-, "Berlaku sopanlah semoga Allah merahmatimu, aku hanya mengharapkan satu harapan padamu." Lantas Ubai berkata, "Agar kamu tidak melewatkankan satupun ayat dalam Al Qur`an kecuali engkau menanyakannya kepadaku?" Ashim berkata, "Dan aku memiliki teman yang jujur, aku lalu berkata, 'Wahai Abu Mundzir, jelaskan lailatul qadar kepadaku! karena Ibnu Mas'ud pernah menyatakan siapa saja yang mendirikan shalat setahun niscaya ia mendapatkannya'." Ubai pun menjawab, 'Demi Allah, sungguh Abdullah (Ibnu Mas'ud) Telah mengetahui bila lailatul qadar terjadi di bulan Ramadan, mungkin ia sembunyikan itu agar manusia tidak terlalu menggantungkan pada hal itu. Demi Allah yang telah menurunkan Al Qur`an pada Muhammad, Lailatul qadar itu terjadi di bulan Ramadan, yaitu di malam ke dua puluh tujuh." Aku (Ashim) bertanya, 'Wahai Abu mundzir, dari mana kamu tahu itu?" Ia menjawab, "Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah memberitakannya pada kami, kami hitung dan kami hafal itu. Demi Allah, sungguh ia ada di malam-malam ganjil." Aku bertanya, "Apa tanda-tandanya?" Dia menjawab, "Ia terjadi ketika matahari terbit tanpa ada benang sinarnya." Maka di malam sahurnya itu Ashim tidak makan, hingga ia selesai shalat subuh, ia naik di tempat yang tinggi dan memperhatikan matahari di kala terbitnya tanpa menyisakan benang sinarnya hingga memutih dan merangkak menaiki langit (siang)."

9. ditandai dengan malam yang terang sepertinya ada rembulan terbit, tenang, sunyi, tidak dingin, tidak panas, tidak dihalalkan bagi bintang-binatang untuk dilemparkan di malam itu hingga pagi, dan tanda-tandanya adalah di pagi harinya matahari terbit merata, pancaran cahayanya tidak seperti rembulan di malam purnama, dan tidak halal bagi setan untuk keluar di saat itu
HR. Ahmad 21702. Telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih telah bercerita kepada kami Baqiyyah telah bercerita kepadaku Bahir bin Sa'ad dari Khalid bin Ma'dan dari 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir, barangsiapa bangun di malam-malam itu dengan dorongan mencari pahalanya, Allah Tabaaroka wa Ta'ala mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang berikutnya, ia terjadi pada malam ganjil; kesembilan, ketujuh, kelima, ketiga atau malam terakhir." Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tanda-tanda lailatul qadar adalah malam yang terang sepertinya ada rembulan terbit, tenang, sunyi, tidak dingin, tidak panas, tidak dihalalkan bagi bintang-binatang untuk dilemparkan di malam itu hingga pagi, dan tanda-tandanya adalah di pagi harinya matahari terbit merata, pancaran cahayanya tidak seperti rembulan di malam purnama, dan tidak halal bagi setan untuk keluar di saat itu."

 
10. HR. Ahmad 3664. Telah meneritakan kepada kami Abu An Nadlr telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah yakni Syaiban dari Abu Al Ya'fur dari Abu Ash Shalt dari Abu 'Aqrab ia berkata; Aku pergi ke rumah Ibnu Mas'ud pada suatu pagi di bulan Ramadlan, aku mendapatinya sedang duduk di atas rumahnya sedang duduk, kami mendengar suaranya, ia mengucapkan; Maha benar Allah dan RasulNya telah menyampaikan. lalu kami tanyakan kepadanya; Kami mendengarmu mengucapkan; Maha benar Allah dan RasulNya telah menyampaikan. Ia menjawab; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya lailatul qadar itu terjadi di pertengahan dari tujuh hari terakhir bulan Ramadlan, matahari terbit pagi hari dengan cerah tanpa memancarkan sinar." Lalu aku melihatnya dan mendapatkannya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Telah meneritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah telah menceritakan kepada kami Abu Ya'fur dari Abu Ash Shalt dari Abu 'Aqrab Al Asadi ia berkata; Pagi hari aku menemui Ibnu Mas'ud, lalu ia menyebutkan sesuai dengan maknanya.

11. HR. Ahmad 4143. Telah menceritakan kepada kami Syuja' bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Abu Khalid yang dikenal di kalangan banu Dalan dengan Yazid Al Wasithi dari Thalq bin Habib dari Abu 'Aqrab Al Asadi ia berkata, "Aku menemui Ibnu Mas'ud yang saat itu aku dapati ia berada di hasil buminya - tempat pengeringan kurma-. Aku mm dia mengatakan, 'Maha benar Allah dan Rasul-Nya'. Aku lalu naik dan mendekat ke tempat ia berada, aku lalu tanyakan kepadanya, 'Wahai Abu 'Abdurrahman, ada apa? Engkau katakan 'Maha benar Allah dan Rasul-Nya'? Ibnu Mas'ud lalu menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita bahwa malam lailatul qadar pada pertengahan tujuh hari terakhir, sebagai tandanya matahari akan muncul di pagi hari dengan tidak membawa sinar." Ibnu Mas'ud melanjutkan, "Aku lalu naik untuk melihat dan melihatnya, lalu aku katakan, 'Maha benar Allah dan Rasulk-Nya'."

12. HR. Ahmad 20247. Telah menceritakan kepada kami Mus'ab bin Salam telah menceritakan kepada kami Ajlah dari Asy Sya'bi adri Zir bin Hubaisy dari Ubay bin Ka'b dia berkata, "Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang menyebut-nyebut tentang malam Lailatul Qadar, maka berkatalah Ubay; "Saya, demi Dzat yang tidak ada IIlah kecuali Dia, aku tahu malam apa dia terjadi, yaitu malam yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah ceritakan kepada kami, malam ke dua puluh tujuh dalam bulan Ramadan. Dan tanda-tandanya adalah bahwa pada pagi hari dari malam tersebut matahari akan bersinar tanpa ada panas teriknya." Maka Salamah bin Kuhail menyangka bahwa Zir telah mengabarkan kepadanya, bahwa dia selalu mengamati selama tiga tahun dari awal Ramadan hingga akhir ramadan, bahwa pada pagi hari di hari yang kedua puluh tujuh, matahari bersinar terang tanpa terik panas."

13. HR. At Tirmidhi 3274. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abdah bin Abu Lubabah serta 'Ashim yaitu Ibnu Bahdalah mereka telah mendengar Zirrb Hubaisy yang diberi kunya Abu Maryam, ia berkata; saya berkata kepada Ubai bin Ka'ab saudaramu yaitu Abdullah bin Mas'ud berkata; barang siapa yang melakukan shalat satu tahun maka ia mendapatkan lailatul qadar. Kemudian Ubai berkata; semoga Allah merahmati Abu Abdur Rahman; sungguh ia telah mengetahui bahwa lailatul qadar itu ada pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, yaitu malam ke tujuh puluh dua, akan tetapi ia ingin agar orang-orang tidak berbergantung kepadanya. Kemudian ia bersumpah dan tidak mengucapkan insya Allah, bahwa malam tersebut adalah malam kedua puluh tujuh. Zirr berkata; aku katakan kepadanya; berdasarkan apakah engkau mengatakan hal tersebut wahai Abu Al Mundzir? Ia berkata; dengan tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam atau dengan tanda bahwa matahari terbit pada hari itu tidak memiliki sinar. Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih.


14. HR. Ahmad 20249. Telah menceritakan kepada kami Sufyan ia berkata, Aku mendengarnya dari Abdah dan Ashim dari Zir ia berkata, Aku berkata kepada Ubay, "Wahai Abu Mundzir, sungguhnya Ibnu Mas'ud, saudaramu, mengatakan, 'Barangsiapa melaksanakan shalat malam setahun, maka ia akan mendapatkan lailatul qadar.' Ubay lalu menjawab, "Semoga Allah merahmatinya, padahal ia tahu bahwa itu terjadi di bulan Ramadan, pada malam kedua puluh tujuh." Ubay lalu bersumpah, maka akupun bertanya, "Bagaimana kalian bisa mengetahuinya?" Ia menjawab, "Dengan tanda-tanda yang telag dikabarkan kepada kami, bahwa di antara tandanya adalah, bahwa pada hari itu matahari akan terbit tanpa terik panas."

15. HR. Ahmad 20250. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Sufyan telah menceritakan kepadaku Ashim dari Zir berkata, Aku berkata kepada Ubay, "Kabarkan kepadaku tentang lailatul qadar, karena Ibnu Ummu 'Abd mengatakan bahwa barangsiapa melakukan shalat malam setahun penuh, maka ia akan mendapatkan malam itu." Ubay lalu menjawab, "Semoga Allah merahmati Abu Abdurrahman, padahal ia tahu bahwa malam itu terjadi di bulan Ramadan, yaitu di malam kedua puluh tujuh. Akan tetapi ia terhalang untuk dilihat manusia agar mereka tidak berserah diri (beribadah hanya pada malam dua puluh tujuh). Demi Allah yang telah menurunkan Al-Qur'an kepada Muhammad, itu terjadi di bulan Ramadan malam kedua puluh tujuh." Aku bertanya kembali, "Wahai Abu Mundzir, bagaimana anda bisa mengetahuinya?" Ia menjawab, "Dengan tanda-tanda yang telah diceritakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada kami, maka kami menghitung dan menghafalnya. Demi Allah, itu alkan terjadi pada malam itu, tidak ada pengecualian." Aku bertanya kepada Zir, "Apa tandanya?" Ia menjawab, "Sesungguhnya matahari akan terbit di pagi itu seakan ia baskom, ia bersinat tanpa cahaya dan terik panas."

16. HR. Ahmad 20263. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Ayyub telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Ayyasy dari Ashim dari Zir berkata, "Aku datang ke Madinah dan masuk ke dalam masjid, ternyata di dalamnya ada Ubay bin Ka'b, maka aku pun mendekatinya dan berkata, 'Wahai Abu Mundzir, tahanlah amarahmu kepadaku -Ubay adalah seorang yang temperamen dan mudah marah-, kabarkanlah kepadaku tentang lailatul qadar?" Ubay menjawab, "Ia adalah pada malam kedua puluh tujuh." Aku lalu bertanya, "Wahai Abu Mundlir, dari mana engkau tahu?" Ia menjawab, "Dengan tanda-tanda yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hal itu lalu kami hitung dan kami hafalkan. Di antara tandanya adalah terbitnya matahari pada pagi harinya seperti baskom, tidak bersinar panas hingga ia naik sepenggalan."

17. HR. Ahmad 22048. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Ishaq bahwa ia mendengar Abu Hudzaifah bercerita dari seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku melihat rembulan di malam lailatul qadar, aku melihatnya seperti separuh piring -berkata Abu Ishaq dalam riwayatnya: Seperti itulah sinar bulan pada malam lailatul qadar, aku melihatnya seperti separuh piring." Berkata Abu Ishaq: Itu hanya ada pada malam keduapuluh tiga.

18. HR. Ahmad 20255. Telah menceritakan kepada kami Abdullah telah menceritakan kepadaku Abbas bin Walid An Narsi ia berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Syu'aib dari Ashim dari Zir bin Hubaisy dari Abdullah bahwa ia mengatakan tentang lailataul qadar, "Barangsiapa melaksanakan shalat malam setahun maka ia akan mendapatkannya." Maka aku bergegas pergi ke tempat Utsman bin Affan, aku berharap bertemu beberapa sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar." Ashim berkata, " Ubay bin Ka'b dan Abdurrahman bin Auf melazimkannya untuk melaksanakan shalat hingga terbenam matahari, lalu shalat dua kali sebelum Maghrib." Ashim berkata, "Aku bertanya pada Ubai -Dia adalah seorang yang berperangai kasar-, "Berlaku sopanlah semoga Allah merahmatimu, aku hanya mengharapkan satu harapan padamu." Lantas Ubai berkata, "Agar kamu tidak melewatkankan satupun ayat dalam Al Qur`an kecuali engkau menanyakannya kepadaku?" Ashim berkata, "Dan aku memiliki teman yang jujur, aku lalu berkata, 'Wahai Abu Mundzir, jelaskan lailatul qadar kepadaku! karena Ibnu Mas'ud pernah menyatakan siapa saja yang mendirikan shalat setahun niscaya ia mendapatkannya'." Ubai pun menjawab, 'Demi Allah, sungguh Abdullah (Ibnu Mas'ud) Telah mengetahui bila lailatul qadar terjadi di bulan Ramadan, mungkin ia sembunyikan itu agar manusia tidak terlalu menggantungkan pada hal itu. Demi Allah yang telah menurunkan Al Qur`an pada Muhammad, Lailatul qadar itu terjadi di bulan Ramadan, yaitu di malam ke dua puluh tujuh." Aku (Ashim) bertanya, 'Wahai Abu mundzir, dari mana kamu tahu itu?" Ia menjawab, "Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah memberitakannya pada kami, kami hitung dan kami hafal itu. Demi Allah, sungguh ia ada di malam-malam ganjil." Aku bertanya, "Apa tanda-tandanya?" Dia menjawab, "Ia terjadi ketika matahari terbit tanpa ada benang sinarnya." Maka di malam sahurnya itu Ashim tidak makan, hingga ia selesai shalat subuh, ia naik di tempat yang tinggi dan memperhatikan matahari di kala terbitnya tanpa menyisakan benang sinarnya hingga memutih dan merangkak menaiki langit (siang)."

19. HR. Ahmad 4098. Telah menceritakan kepada kami Abu Qathan telah menceritakan kepada kami Al Mas'udi dari Sa'id bin Amru dari Abu Ubaidah dari Abdullah bin Mas'ud bahwa seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya bertanya; Kapan terjadi Lailatul Qadar itu? Beliau menjawab: "Siapa dari kalian yang ingat malam berwarna merah itu?" Abdullah berkata; Aku, ayah dan ibuku jadi tebusannya. Sesungguhnya di kedua tanganku ada beberapa kurma yang menjadikan menu sahurku sambil bersembunyi di balik bagian belakang tungganganku karena fajar tiba. Hal itu terjadi ketika qumair (bulan kecil) telah muncul.


Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar