Kaidah Memahami Alquran (1) Tidak Ada Pertentangan di dalamnya

Terdapat tulisan dan video yang sedikit mengusik hingga turut memunculkan tulisan tentang kaidah memahami Alquran ini. Dalam sebuah video youtube berbahasa inggris yang menyatakan bahwa Alquran membingungkan, tidak teratur dan banyak pertentangan serta tidak tepat diturunkan dalam bahasa arab. Dan sebuah tulisan yang menyamakan Tuhan dengan Syetan karena sama-sama menyesatkan manusia. Dan satu lagi tulisan yang menyatakan bahwa kemiskinan itu hanya akibat perbuatan orang itu sendiri, bukan dari Allah. Dan termasuk berburuk sangka jika beranggapan Allah menurunkan kemiskinan. Ketiga kesimpulan tersebut menggunakan ayat alquran sebagai dalilnya. 

Benarkah kesimpulan tersebut diambil berdasarkan ayat-ayat alquran? Bagaimana mungkin ayat Alquran dapat dijadikan dalil yang bertentangan dengan logika dan kebenaran Alquran itu sendiri.

Sebelum kita menjawab kesimpulan melenceng atau tafsiran yang kurang tepat tersebut, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu kaidah-kaidah dalam memahami Alquran. Karena dengan memahami kaidahnya, niscaya kita akan dapat penjelasan tentang kebenaran Alquran. Dalam surat Ibrahim disebutkan penjelasan yang sempurna.

هَٰذَا بَلَاغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia (QS. 14: 52).

Untuk mendapatkan penjelasan yang sempurna tentunya harus mengikuti kaidah Alquran itu sendiri. bahwa karena Alquran diturunkan dengan ilmu Allah,maka untuk memahaminya kita perlu mengetahui ilmu Allah. 

فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَن لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ
sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah (Qs. 11: 14).

Sering kali kita mempelajari Alquran bukan untuk mencari kebenaran, tetapi justeru untuk mencari kesalahannya atau pembenaran atau pendapat. Jika itu yang dilakukan, maka kesalahan atau kebenaran itu akan kita temukan, namun itu hanyalah kesalahan dan kebenaran versi kita sendiri. Padahal Alquran memiliki kaidahnya sendiri agar pembacanya dapat memahaminya.

Hal ini wajar karena motivasi, sikap dan posisi kita sebagai pembaca turut mempengaruhi pikiran dalam memaknai sesuatu. Contohnya sederhananya adalah sikap seseorang yang berbeda ketika masih aktivis dengan setelah dia menjadi pejabat. Tidak jarang dia harus menelan sendiri ucapan yang pernah diucapkan sebelumnya.

Oleh karenanya untuk menjaga Alquran dari orang-orang yang berlaku dzalim dan menyesatkan, Allah telah memberikan rambu-rambunya sebagai kaidah untuk memahami Alquran. Salah satu diantaranya adalah tidak terdapat pertentangan di dalam Alquran. 

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. 4: 82) 
Ayat di atas jelas memberikan penyataan bahwa sekiranya Alquran bukan dari sisi Allah maka akan banyak pertentangan di dalamnya. 

Untuk menerapkan kaidah ini, kita ambil salah satu contoh diatas yaitu

kemiskinan itu hanya akibat perbuatan orang itu sendiri, bukan dari Allah. Dan termasuk berburuk sangka jika beranggapan Allah menurunkan kemiskinan. Kesimpulan ini diambil berdasarkan dalil

وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَىٰ وَأَقْنَىٰ
dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan (Qs. 53:48)

Dalam Alquran terdapat cukup banyak kalimat yang menyandingkan antara dua kata yang saling berlawanan seperti pria dan wanita, musim panas dan musim dingin, gelap gulita dan cahaya, siang dan malam dan lainnya. Dan jika Surat An-Najm - Ayat 48 tersebut juga dimaknai sebagai kata yang berlawanan, tidak heran jika muncul kesimpulan bahwa Allah tidak menurunkan kemiskinan. Dan kemiskinan itu hanya akibat oleh kesalahan orang itu sendiri.

Dari tafsiran atau kesimpulan tersebut, maka berarti kita telah menafikan bahwa kemiskinan juga termasuk salah satu sebagai bentuk ujian dari Allah. Hal ini dapat dilihat dalam Surat Albaqarah ayat 155

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Qs. 2:155)

Oleh karena kita telah mengetahui salah satu kaidah memahami Alquran yaitu tidak ada pertentangan dalam Alquran, maka kesimpulan atau tafsiran kemiskinan dalam Surat An-Najm - Ayat 48 dapat diperbaiki. Adapun beberapa poin kritis yang menyatakan kemiskinan itu hanya akibat kesalahan orang itu sendiri yaitu sebagai berikut :
  1. Bahwa kekayaan dan kecukupan bukanlah lawan kata seperti halnya siang malam, gelap terang, pria wanita.
  2. Bahwa memunculkan tafsiran atau kesimpulan tentang kemiskinan dari surat Najm ayat 48 adalah sesuatu yang berlebihan.
  3. Bahwa kata kecukupan tidak dapat mewakili kata kemiskinan. karena kecukupan dapat disematkan baik kepada orang kaya maupun orang miskin. Tidak sedikit orang kaya namun tidak pernah merasa cukup. Dan banyak pula orang yang miskin namun merasa berkecukupan karena selalu bersyukur.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kita akan dapat menafsirkan atau kesimpulan yang lebih baik terdapat surat Najm ayat 48. Silahkan kita masing-masing melanjutkan tafsiran atau kesimpulannya.
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar