Isbal termasuk kefasikan jika diikuti sombong berubah menjadi dosa kekafiran atau kemusyrikan


Isbal (memanjangkan kain hingga melewati mata kaki bagi laki-laki) merupakan salah satu diskusi umat yang panjang antara boleh atau tidaknya isbal. Semua sepertinya sepakat bahwa Isbal dengan sombong dilarang atau haram mutlak. Namun perbedaan masih terjadi untuk isbal saja, sebagian masih membolehkan dan sebagian tetap melarang atau mengharamkan. 
Dan pada kesempatan ini saya akan membahas berdasarkan sanksi atau ancaman yang diterima oleh pelaku isbal di akhirat melalui Buku Jejak Perjalanan Akhirat & Syafa’at.


Tegasnya larangan Isbal dengan Sombong
Tidak halal surga dan tidak haram neraka Bagi pelaku Isbal karena sombong dalam shalat
Larangan isbal yang diikuti sombong sangat tegas juga dapat dilihat tentang ancaman tidak halalnya surga bagi pelaku isbal dan Neraka juga tidak menjadi haram baginya. Disebutkan dari Ibnu Mas'ud dia berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ أَسْبَلَ إِزَارَهُ فِي صَلَاتِهِ خُيَلَاءَ فَلَيْسَ مِنْ اللَّهِ فِي حِلٍّ وَلَا حَرَامٍ
Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang isbal (memanjangkan) pakaiannya (hingga melewati mata kaki) dalam shalat karena sombong, maka Allah tidak menghalalkan baginya surga dan tidak mengharamkan neraka untuknya." Sunan Abu Daud 542
Tegasnya larangan Isbal shalat sejalan dengan hadits yang menyatakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyuruh orang yang shalat dalam keadaan isbal untuk mengulang shalatnya hingga dua kali bahkan dimulai dari wudhunya.
Disebutkan dari beberapa sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa
بَيْنَمَا رَجُلٌ يُصَلِّي وَهُوَ مُسْبِلٌ إِزَارَهُ إِذْ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اذْهَبْ فَتَوَضَّأْ قَالَ فَذَهَبَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اذْهَبْ فَتَوَضَّأْ قَالَ فَذَهَبَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ مَا لَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَكَ أَمَرْتَهُ يَتَوَضَّأُ ثُمَّ سَكَتَّ قَالَ إِنَّهُ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ مُسْبِلٌ إِزَارَهُ وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَقْبَلُ صَلَاةَ عَبْدٍ مُسْبِلٍ إِزَارَهُ
tatkala ada seorang yang shalat dalam keadaan isbal (memanjangkan kainnya sampai bawah mata kaki) pada sarungnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya, "Pergilah dan berwudlulah". (beberapa sahabat radliyallahu'anhum) berkata: lalu orang itu pergi dan wudlu, lalu datang lagi. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya, "Pergilah dan berwudlulah." (beberapa sahabat radliyallahu'anhum) berkata: lalu dia pergi dan berwudlku, kemudian datang. lalu (beberapa sahabat radliyallahu'anhum) bertanya, kenapa anda Wahai Rasulullah, kenapa anda memerintahkannya untuk berwudlu kemudian anda diam?. Beliau menjawab, "Dia shalat sedangkan dia dalam keadaan musbil sarungnya, sesungguhnya Allah Azza wa jalla tidak menerima shalat seorang hamba yang sarungnya isbal." Musnad Ahmad 16033 hadits ini memang dinilai dhaif sanadnya oleh Syuaib al Arnauth. Didalam sanad terdapat perawi yang bernama abu ja’far yang dinilai Ibnul Qaththaan majhul. Namun dalam hadits sunan Darimi 2622 yang juga diriwayatkan oleh abu ja’far dinilai Husain Salim asad ad Daroni isnadnya jayyid dan abu muhammad mengatakan bahwa abu ja’far adalah orang anshar. Dan Al Albani dan abu isa menghasankan hadits yang juga diriwayatkan abu ja’far dalam hadits Sunan At Tirmidzi 3370


Allah Tidak Melihat pelaku Isbal karena sombong di hari Kiamat
Tegasnya larangan isbal juga dapat dilihat dari banyaknya hadits yang menyatakan pelaku isbal tidak akan dilihat Allah pada hari kiamat.
Dari Abdullah bin umar bahwa
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِسْبَالُ فِي الْإِزَارِ وَالْقَمِيصِ وَالْعِمَامَةِ مَنْ جَرَّ مِنْهَا شَيْئًا خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
"Isbal (menjulurkan kain) itu ada pada sarung, baju dan surban. Siapa yang memanjangkan salah satu darinya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya kelak pada hari kiamat." Sunan Abu Daud 3571
Hadits seperti ini periwayatannya cukup banyak ada dalam Shahih al Bukhrai, Muslim, sunan an Nasa’i, Ibnu Madjah dan musnad ahmad. Hal ini menegaskan larangan isbal yang diikuti dengan sombong. 
Hadits Tegasnya ini juga dapat dilihat dari Kisah Abu hurairah yang pernah memukul kaki seorang pemuda yang sarungnya menjuntai kebawah karena sombong. Dari Muhammad bin Ziyad berkata :
كَانَ مَرْوَانُ يَسْتَخْلِفُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَلَى الْمَدِينَةِ فَيَضْرِبُ بِرِجْلِهِ فَيَقُولُ خَلُّوا الطَّرِيقَ خَلُّوا قَدْ جَاءَ الْأَمِيرُ قَدْ جَاءَ الْأَمِيرُ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا
"Marwan pernah mengangkat Abu Hurairah untuk menggantikannya di Madinah, lalu Abu Hurairah memukul kakinya (kaki seorang pemuda karena isbal, pent) seraya berkata: "Berilah jalan, berilah jalan, Amir (pemimpin) telah datang, Amir telah datang, Abul Qasim shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah tidak melihat seorang hamba yang kain sarungnya menjuntai ke bawah (isbal) karena sombong." Musnad Ahmad 9187


Dari hadits-hadits diatas jelas bahwa tegasnya larangan isbal karena sombong. Tidak dilihat Allah pada hari kiamat dan jika dilakukan dalam shalat maka Tidak halal surga dan tidak haram neraka.
Lalu termasuk golongan manakah mereka dan bagaimana keadaan mereka diakhirat?
Untuk melihat golongan siapa mereka dan bagaimana keadaan di akhirat dalam kita rujuk pada buku jejak perjalanan Akhirat dan syafa’at . Untuk yang belum memilikinya atau membacanya, dapat mendownloadnya di web Hikmah 313 http://31.ayobai.org 
Bahwa ciri tiga golongan yang akan masuk neraka sebelum alam Sirath yaitu 
Golongan pertama yaitu golongan musyrik. Mereka tidak dilihat dan tidak disapa Allah
Golongan kedua yaitu Golongan orang kafir. Mereka tidak dilihat Allah namun disapa Allah
Golongan ketiga yaitu golongan orang fasik. Mereka melihat Allah dan diajak bicara Allah, namun ketika diperlihatkan betisNya mereka tidak dapat bersujud sebagaimana orang-orang yang beriman seluruhnya bersujud.


Lalu Bagaimana orang yang isbal tidak diikuti sombong ?
Bahwa Isbal seyogyanya adalah termasuk ciri sombong, karena isbal itu sendiri merupakan bagian dari sombong. Hal ini disebutkan dalam hadits sebagai wasiat kepada seorang laki-laki yang baru masuk islam. Disebutkan dari Abu Tamimah dari seorang laki-laki dari kaumnya
أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ شَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ أَنْتَ مُحَمَّدٌ فَقَالَ نَعَمْ قَالَ فَإِلَامَ تَدْعُو قَالَ أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ مَنْ إِذَا كَانَ بِكَ ضُرٌّ فَدَعَوْتَهُ كَشَفَهُ عَنْكَ وَمَنْ إِذَا أَصَابَكَ عَامُ سَنَةٍ فَدَعَوْتَهُ أَنْبَتَ لَكَ وَمَنْ إِذَا كُنْتَ فِي أَرْضٍ قَفْرٍ فَأَضْلَلْتَ فَدَعَوْتَهُ رَدَّ عَلَيْكَ قَالَ فَأَسْلَمَ الرَّجُلُ ثُمَّ قَالَ أَوْصِنِي يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَهُ لَا تَسُبَّنَّ شَيْئًا أَوْ قَالَ أَحَدًا شَكَّ الْحَكَمُ
قَالَ فَمَا سَبَبْتُ بَعِيرًا وَلَا شَاةً مُنْذُ أَوْصَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا تَزْهَدْ فِي الْمَعْرُوفِ وَلَوْ مُنْبَسِطٌ وَجْهُكَ إِلَى أَخِيكَ وَأَنْتَ تُكَلِّمُهُ وَأَفْرِغْ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَسْقِي وَاتَّزِرْ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنْ الْمَخِيلَةِ وَاللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ


sesungguhnya dia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam atau berkata: saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam didatangi oleh seorang laki-laki lalu bertanya, apakah kamu adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam atau berkata: kamu adalah Muhammad?. Lalu beliau menjawab, Ya. Dia berkata: kepada apa kamu berseru? Beliau menjawab, saya menyeru kepada Allah Azza wa jalla Yang Maha Esa, jika kamu tertimpa bahaya lalu kamu meminta kepada-Nya maka Dia akan menghilangkannya. Dan jika ada tahun masa paceklik yang datang pada kalian lalu kamu meminta kepada-Nya maka Dia akan menumbuhkannya. Jika kamu berada pada tanah yang tandus, lalu kamu hilang, lalu meminta kepada-Nya maka Dia akan mengembalikanmu. (seorang laki-laki dari kaumnya radliyallahu'anhu) berkata: 
lalu orang itu masuk Islam, lalu berkata: 'Berilah wasiat kepadaku Wahai Rasulullah.' 
Beliau bersabda kepadanya, "Janganlah kamu mencela sesuatu pun". Atau berkata: "Seorang pun." Al Hakam ragu. 
(seorang laki-laki radliyallahu'anhu) berkata: karenanya saya tidak pernah mencela unta maupun kambing sekalipun semenjak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberi wasiat kepadaku. (Rasulullah juga berwasiat) Janganlah kamu menganggap remeh suatu kebaikan walaupun kamu hanya tersenyum kepada saudaramu ketika kamu sedang berbicara dengannya. Kosongkan embermu untuk kau isikan kepada bejana orang yang meminta air 
dan pakailah pakaian setengah betis. Jika kamu merasa berat maka sampai mata kaki. Hindarilah isbal (menurunkan pakaian sampai menutupi mata kaki) dalam pakaian sesungguhnya itu merupakan bagian dari kesombongan. Sedang Allah Tabaroka Wa Ta'ala tidak menyukai orang yang sombong." Musnad Ahmad 16021
demikian juga disebutkan dari Abu Jurai Al Hujaimi ia berkata:
أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ فَعَلِّمْنَا شَيْئًا يَنْفَعُنَا اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِهِ قَالَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَسْقِي وَلَوْ أَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَوَجْهُكَ إِلَيْهِ مُنْبَسِطٌ وَإِيَّاكَ وَتَسْبِيلَ الْإِزَارِ فَإِنَّهُ مِنْ الْخُيَلَاءِ وَالْخُيَلَاءُ لَا يُحِبُّهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَإِنْ امْرُؤٌ سَبَّكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلَا تَسُبَّهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّ أَجْرَهُ لَكَ وَوَبَالَهُ عَلَى مَنْ قَالَهُ
Aku datang kepada Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam, lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah satu kaum dari penduduk dusun, maka ajarkanlah pada kami seseuatu yang Allah Tabaraka wa Ta'ala akan memberikan manfaat buat kami!." Beliau bersabda: "Janganlah meremehkan kebaikan sekecil apapun, sekalipun hanya dengan menuangkan ember airmu ke bejana orang yang membutuhkan air, dan sekalipun kamu berbicara dengan saudaramu dengan wajah berseri-seri,
dan janganlah engkau menurunkan kain di bawah mata kaki (isbal) karena ia bagian dari sifat sombong, sementara Allah 'azza wajalla tidak menyukai menyukai sifat sombong, jika ada seseorang yang mencacimu dan menghinamu karena dia tahu tentang dirimu, maka janganlah kamu menghinanya karena kamu tahu tentang dia, maka itu akan menjadi pahalamu dan akan menjadi dosa baginya." Musnad Ahmad 19716, 19717 dan 19718
Larangan berjalan dengan sombong dan ketidak sukaan Allah terhadap orang sombong juga disebutkan dalam Alquran
وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (١٨)
dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (qs. Luqman ayat 18)
Hadits diatas menjelaskan bahwa larangan isbal karena ia bagian dari kesombongan dan hal itu yang tidak disukai Allah. dan sifat sombong sekecil zarahpun akan menjadi penghalang sesesorang untuk masuk surga.
Disebutkan dari Abdullah
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ يَعْنِي مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ قَالَ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ إِنَّهُ يُعْجِبُنِي أَنْ يَكُونَ ثَوْبِي حَسَنًا وَنَعْلِي حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْجَمَالَ وَلَكِنَّ الْكِبْرَ مَنْ بَطَرَ الْحَقَّ وَغَمَصَ النَّاسَ
dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Tidak akan masuk surga bagi seseorang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong meskipun hanya sebesar biji dzarrah. Dan tidak akan pula masuk neraka, yaitu seorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meskipun hanya sebesar biji dzarrah." Abdullah berkata: Kemudian seseorang berkata kepada beliau: "Sesungguhnya aku merasa bangga, jika pakaianku bagus dan sandalku juga bagus." Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai keindahan. Akan tetapi yang dimaksud kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia." Sunan Tirmidzi 1922
dan jika dikaitkan dengan ciri sombong ini, maka mereka termasuk dalam kelompok fasik yaitu kelompok ketiga yang memasuki neraka. Dikala orang-orang beriman bersujud saat diperlihatkan betisNya, mereka tidak dapat bersujud sama seperti orang-orang ketika di dunia shalat dalam keadaan riya’.


Hindari Memvonis Fasik, Kafir Atau Musyrik Atau Munafik Kepada Orang Lain
bahwa meskipun isbal dapat dihukumi dosa fasik, kekafiran dan kemusyrikan namun pelaku tidak otomatis dan boleh divonis orang yang fasik, kafir atau musyrik. Label-label kafir, munafik, fasik atau ahli neraka dan lainnya akan lebih baik disematkan pada sifat ataupun perbuatannya. Kurang tepat penyebutan itu diamatkan langsung kepada pelakunya. Seseorang dapat saja berubah di waktu yang datang, hidayah hanyalah milik Allah. Hari ini berbuat maksiat, namun bisa jadi esoknya ia justeru sudah bertaubat.
dari Ibnu Umar bahwa
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ لَا يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ نُزُولَ الْغَيْثِ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ إِلَّا اللَّهُ وَلَا يَعْلَمُ السَّاعَةَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Kunci ghaib itu ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah: Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi di hari esok kecuali Allah, tidak ada yang mengetahui turunnya hujan kecuali Allah, tidak ada yang mengetahui apa yang ada dalam kandungan kecuali Allah, tidak ada yang mengetahui waktu datangnya hari kiamat kecuali Allah, tidak ada jiwa yang mengetahui apa yang dapat diperbuatnya di hari esok serta tidak ada jiwa yang mengetahui di bumi mana ia akan meninggal dunia." Musnad Ahmad 4887
Disamping itu menuduh seorang muslim dengan tuduhan kekafiran sama halnya seperti membunuhnya. dari Tsabit bin Adl Dlahak
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ حَلَفَ بِمِلَّةٍ غَيْرِ الْإِسْلَامِ كَاذِبًا فَهُوَ كَمَا قَالَ وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عُذِّبَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ
dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Barangsiapa bersumpah dengan selain agama Islam secara dusta, maka dia seperti apa yang dia katakan, barangsiapa bunuh diri dengan sesuatu di dunia, maka dia akan disiksa di neraka Jahannam dengan sesuatu yang ia pergunakan untuk bunuh diri, barangsiapa melaknat seorang muslim maka ia seperti membunuhnya dan barangsiapa menuduh seorang muslim dengan kekafiran maka ia seperti membunuhnya." Shahih Bukhari 5640
Tuduhan yang tidak benar akan membalikkan tuduhan kepada penuduh
dari Abu Dzar, bahwa
سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِ رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفِسْقِ وَلَا يَرْمِهِ بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
ia mendengar Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Janganlah seorang laki-laki menuduh fasik atau kafir kepada orang lain, jika orang yang dituduh tidak sebagaimana yang ia tuduhkan, maka kata-kata itu akan kembali kepada orang yang membuat tuduhan." Musnad Ahmad 20590
Dalam sebuah hadits juga diceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang menyebut seseorang dengan sebutan munafik. Kejadian terjadi ketika Rasulullah diundang shalat di tempat yang akan dijadikan mushollah (surau). Dari itban bin malik bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba bersama-sama para Sahabat yang berkeinginan datang, dan beliau terus masuk ke rumah. Beliau mendirikan shalat, sementara para Sahabat masih saja berbincang sesama mereka di mana Sebagian dari mereka membicarakan tentang kemunafikan Malik bin Dukhsyum. Para Sahabat berkata: mereka berhadap agar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan jelek Malik bin Dukhsyum agar ditimpa kecelakaan. Mereka juga inginkan supaya dia ditimpa malapetaka. Selesai shalat, beliau pun bertanya: "Bukankah dia telah mengucap Dua Kalimah Syahadat yaitu: tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa aku utusan Allah?" Para Sahabat menjawab, "Dia mengucapnya hanyalah di mulut semata-mata tetapi tidak di hati." Beliau bersabda: "Tidaklah seseorang yang mengucapkan, bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah, dan bahwa aku adalah utusan Allah, kemudian masuk neraka, atau merasakannya." Shahih Muslim 48
Tidak memvonis bukan berarti tidak mengetahui atau mendiamkan perbuatan seseorang itu kafir, fasik ataupun munafik. Muadz bin Anas mengatakan Barangsiapa melindungi seorang mukmin dari orang munafik, Maka Allah akan mengutus seorang malaikat untuk menjaga dagingnya dari api neraka pada hari kiamat. Sunan Abu Daud 4239
Semoga kita selalu diberikan nikmat istiqomah di jalan yang lurus.




Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar