Amal tidak terbatas pada malam lailatul qadar


Kita mengetahui banyak terjadi pendapat dan hadits tentang kapan terjadinya malam lailatul qadar. tentu hal ini menjadikan kita ingin tahu kapan waktu terjadinya Lailatul qadar yang sebenarnya. Apalagi malam lailatul qadar adalah malam kemuliaan yang setara dengan 1000 bulan.

Ternyata perbedaan pendapat tentang waktu terjadinya berangkat bukan tanpa alasan. Ada beberapa penyebab yang melatar belakanginya yaitu antara lain :

1. lailatul qadar diketahui kapan waktunya namun penerima tidak suka jika manusia nantinya membatasi diri dalam beramal hanya pada malam lailatul qadar saja.

2. Dan barangsiapa melakukan shalat malam setahun niscaya ia baru akan mendapatkannya

3. Abu Bakrah shalat pada dua puluh hari Ramadlan sebagaimana dia shalat sepanjang tahun, jika telah masuk ke sepuluh hari terakhir dia bersungguh-sungguh


Penjelasan diatas berangkat dari pemahaman hadits-hadits sebagaimana berikut : 

1) HR. Ahmad 20253. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakar Al Muqaddami Khalaf bin Hisyam Al Bazzar dan Ubaidullah bin Umar Al Qawariri semuanya berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid telah menceritakan kepada kami Ashim dari Zir berkata, Aku bertanya kepada Ubay bin Ka'b, "Wahai Abu Mundzir, kabarkan kepadaku tentang lailatul qadar, karena sahabatmu -yaitu Ibnu Mas'ud- apabila ditanya tentang malam lailatul qadar ia menjawab, "Barangsiapa melakukan shalat malam setahun niscaya ia baru akan mendapatkannya'." Ubay menjawab, "Semoga Allah merahmati Abu Abdurrahman, sebenarnya ia tahu bahwa malam itu terjadi di bulan Ramadan, tetapi ia suka jika jika manusia tidak membatasi diri (beramal pada malam itu). Sungguh, ia ada pada malam kedua puluh tujuh tanpa ada pengecualian." Aku bertanya lagi, "Wahai Abu Mundzir, darimana engkau mengetahuinya?" Ubay menjawab, "Dengan tanda-tandanya yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menceritakan kepada kami, bahwa pada pagi dari malam lailatul qadar matahari akan terbit tanpa cahaya yang terik hingga ia meninggi." Dan ini adalah lafadz hadits dari Al Muqaddami. Telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid telah menceritakan kepada kami Ashim dari Zir ia berkata, Aku bertanya pada Ubay bin Ka'b, "Wahai Abu Mundzir, kabarkan kepadaku tentang lailatul qadar¡­lalu ia sebutkan hadits tersebut." Zir berkata, "Aku lalu bertanya, "Wahai Abu Mundzir, dari mana engkau tahu?" Ubay menjawab, "Dengan tanda-tanda yang telah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kabarkan kepada kami."

2) HR. Muslim 1272. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mihran Ar Razi telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim Telah menceritakan kepada kami Al Auza'i telah menceritakan kepadaku Abdah dari Zirr ia berkata, saya mendengar Ubay bin Ka'ab berkata, dan telah dikatakan kepadanya bahwa Abdullah bin Mas'ud berkata, "Siapa yang melakukan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan menemui malam Lailatul Qadr." Ubay berkata, "Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya malam itu terdapat dalam bulan Ramadlan. Dan demi Allah, sesungguhnya aku tahu malam apakah itu. Lailatul Qadr itu adalah malam, dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat di dalamnya, malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot."

3) HR. At Tirmidhi 724. Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Mas'adah telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami 'Uyainah bin Abdurrahman berkata; telah menceritakan kepadaku ayahku berkata; "Suatu saat lailatul qodar disebut-sebut di hadapan Abu Bakrah, lalu dia berkata; 'Saya tidak pernah mencarinya, karena saya telah mendengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kecuali di sepuluh hari terakhir. Sesungguhnya aku telah mendengar beliau bersabda: 'Carilah pada sembilan hari terakhir atau tujuh hari terakhir atau lima hari terakhir atau tiga hari terakhir." (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Abu Bakrah shalat pada dua puluh hari Ramadlan sebagaimana dia shalat sepanjang tahun, jika telah masuk ke sepuluh hari terakhir dia bersungguh-sungguh. Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan shahih."
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar