Maaf jika penyebutannya langka, yang dimaksud disini jumlah yang sedikit sekali. Ditengah zaman hingar bingar masih ada anak-anak yang mempunyai prisip. Prinsip yang sangat istimewa. Memang sesuatu yang istimewa ini jumlah sedikit. Gak menjadi istimewa lagi, jika jumlah banyak.
Kebetulan mendapat kisah menarik pada tentang anak yang baru tamat SMA beberapa tahun yang lalu. Kebetulan pula, orang tuanya pernah satu kampung dulu dengan saya. Beliau seorang yang cukup memperhatikan masa depan sang anak. Kebetulan juga rezekinya juga cukup lumayan. Sehingga segala hal yang kira-kira dibutuhkan sang anak ketika akan mewujudkan cita-citanya telah siapkan jauh-jauh hari.
ilustrasi tamatan SMA |
Saya sebutkan segala hal disini, pengertiannya dapat berarti sesuatu yang positif maupun negatif. Disebutkan positif seluruh kegiatan , biaya dan lainnya seperti sekolah yang terbaik, kursus dan lainnya. Sedangkan yang negatifnya, adalah uang sogok. Ya sudah tahu-sama tahu dan sudah rahasia umum, ada sejumlah uang yang perlu disiapkan ketika mau mendapatkan pekerjaan. Memang itulah kondisi zaman sekarang, jangankan untuk kerja atau jabatan, untuk mendapatkan sekolah tertentu atau favorit saja, praktek tersebut marak terjadi.
Memang praktek seperti ini sudah terpelihara dari dulu. Cuma saat ini, keadaannya mungkin jauh lebih parah. Jika waktu dulu, kita perkirakan persentase antara yang lulus murni dengan lulus lewat praktek itu mungkin perbandingannya sekitar 70%:30%. Saat ini mungkin perbandingannya masih tetap 70:30, namun 30% yang lulus murni dan 70nya justeru lewat praktek sogok. Itupun kalau ada, karena pernah ngobrol dengan sesorang dalam institusi yang menerima. Jawabannya cukup mengagumkan :”kemungkinan gak ada yang bisa lulus murni, karena banyaknya tahapan seleksi.”
Wach, terlalu melantur, ya. Kembali ke laptop. Sehingga ketika tamat sma, direncanakanlah untuk masuk institusi birokrat. Gagal di birokrat, coba memasuki institusi aparat. hasilnya jadi aparatpun gagal juga, padahal persiapan cukup diatas pasaran. Tapi mungkin rezeki si anak tidak masuk dalam dunia birokrat dan aparat lewat yang jalur demikian. Yang menarik itu bukan gagalnya, tapi proses gagalnya hehe..(biasanya yang menarik proses keberhasilan seseorang, ini malah proses kegagalan seseorang).
Sesuatu yang luar biasa terjadi saat akan menjadi aparat disebuah instansi. Pada saat ini sang anak baru mengetahui bahwa orangtua menguruskannya lewat jalur belakang. Mungkin orangtuanya kelepasan omongan, sehingga si anak menjadi tahu kalau orangtuanya ikut bermain untuk kelulusan dia nantinya. Lalu sianak berkata kira-kira sepertiini kepada orang tuanya : “Yah, kalau tahu aku, ayah membayar supaya aku untuk masuk ke ******, gak mau aku ikut testing kemarin. Mudah-mudahan gak luluslah aku nanti”.
Orang tuanya pun terkejut:” kog bisa begitu, kenapa? Sudah ayah siapkan ini itu, sudah dibereskan, sudah hubungin sianu.”
Anaknyapun menjawab :”Kalaulah aku nanti lulus, berarti gaji yang aku makan selama aku bekerja adalah hasil dari suap.”
Orang tuanya pun tak bisa becakap lagi. Dari seorang anak bisa memberikan pelajaran yang berharga untuk orang tua. Alhamdulillah, memang kemudian si anak memang gak lulus. Saat ini si anak memang sedang berkuliah. Dan tentunya Allah sudah menyiapkan yang terbaik untuknya. Semoga si anak sahabat tersebut selalu mendapatkan berkah dan tetap istiqomah di jalanNya.
Mungkin sudah langka atau sedikit sekali anak-anak yang mempunyai sifat demikian. Ditengah zaman yang serba konsumtif dan berbangga dengan harta dan jabatan, masih ada anak-anak yang mempunyai prinsip demikian. Semoga menjadi generasi firdaus.
Posting Komentar
Posting Komentar