Sebelum membahas siapa yang salah? (HTI, MU, NU, Tarekat, dan lainnya atau Pemerintah). Ada baiknya Anda membaca tulisan sebelumnya, agar tidak terjadi salah penafsiran. tulisan pertama ( Apa Pentingnya Bersama?) dan kedua (Mana Yang Benar ?). dan untuk memudahkan berikut diberikan garis besarnya.
Dalam bagian pertama telah dijelaskan kenapa berpuasa berlebaran perlu sama hari. Terdapat didalamnya hari haram berpuasa. Ketika berbeda hari mengawali ramadhan berarti ada yang berpuasa mendahului dan itu berarti mereka berpuasa pada hari syak. Begitu juga dengan syawal, akan ada yang berpuasa tepat pada hari lebaran atau idul fitri. Demikian juga untuk bulan dzul hijjah akan ada yang berpuasa arafah tepat pada lebaran haji atau hari raya idul adha. Pada ketiga hari itu dilarang / diharamkan berpuasa.
Dan Pada bagian kedua telah dipaparkan metode yang digunakan untuk menetapkan awal bulan. Khususnya Bulan Ramadhan , Syawal dan Dzul hijjah. Bulan ini cukup kritis karena didalamnya terdapat ibadah-ibadah. Jika salah waktu justeru menjadi ibadah haram. Ada dua metode umum yang digunakan yaitu rukhyat dan Hisab. Keduanya benar, namun karena saling bertahan keduanya bisa menjadi salah. Hal ini akan membuka pintu kesalahan selanjutnya. Salah bagi yang menetapkan maka menjadi salah juga bagi yang mengikuti.
Namun sebelumnya kita menyatakan siapa yang salah? HTI, MU, NU, Tarekat, dan lainnya atau Pemerintah yang salah dalam menetapkan awal bulan. Maka perlu kita melihat contohnya terlebih dahulu.
Pernah terjadi perbedaan hari idul fitri yang cukup kontras di Indonesia. yakni 1 Syawal 1429 H jatuh pada empat hari yang berbeda. hari Minggu, 28 September, Senin, 29 September, Selasa, 30 September dan Rabu, 1 Oktober. Dengan perbedaan ini adakah keyakinan bahwa benar 1 syawal jatuh pada empat hari berbeda.
Pada tingkat dunia juga kerap terjadi perbedaan. Tahun lalu pada Idul Fitri 2016 1 syawal 1437 H jatuh pada 3 hari yang berbeda. Ada yang merayakan ikut Turki lebaran tanggal 5 Juli 2016, yang ikut saudi merayakan tangga l 6 dan yang lainnya bisa didua atau tiga tanggal berbeda. Perbedaan bukan hanya karena metode penetapannya yang berbeda. Metode yang sama dengan lokasi berbeda hasilnya juga beda, contohnya sama-sama metode rukhyat, India lebaran tanggal 5 sedangkan Indonesia tanggal 6.
Keyakinan (Iman) dan logika (ilmu) tidak bertentangan. Karenanya tidak mungkin ada satu momen dalam tiga waktu apalagi empat waktu yang berbeda pada wilayah yang sama:
- Tidak mungkin ada satu momen (puasa, idul fitri, Idul Adha) jatuh pada tiga hari yang berbeda dalam bumi yang sama.
- Tidak mungkin ada satu momen (puasa, idul fitri, Idul Adha) jatuh pada tiga hari yang berbeda dalam benua yang sama.
- Tidak mungkin ada satu momen (puasa, idul fitri, Idul Adha) jatuh pada tiga hari yang berbeda dalam negara yang sama.
- Tidak mungkin ada satu momen (puasa, idul fitri, Idul Adha) jatuh pada tiga hari yang berbeda dalam daerah/kota yang sama.
- Tidak mungkin ada satu momen (puasa, idul fitri, Idul Adha) jatuh pada tiga hari yang berbeda dalam kampung/desa yang sama.
Dari contoh ini jelas ada yang salah dan ada yang benar. Lalu siapa yang salah? Semuanya bisa salah baik MU, NU, Tarekat, HTI dan lainnya maupun Pemerintah. Begitu juga ditingkat dunia, Turki bisa salah, dan demikian juga Arab saudi dan negara-negara lainnya.
Karena metodenya sama-sama benar, maka pada satu momen yang sama berarti hanya ada satu hari yang benar. Maka dalam penetapan 1 ramadhan bisa saja MU yang benar, yang lain salah. 1 syawal bisa saja NU dan pemerintah yang benar, yang lain salah. Demikian juga untuk hal lain juga terbuka peluang untuk benar. Dan terbuka juga peluang untuk salah.
Untuk tingkat dunia juga demikian bisa saja Arab Saudi yang benar, yang lain salah ketika penetapan 1 ramadhan. Dan bisa saja Turki benar ketika menetapkan 1 syawal yang lainnya salah. Demikian juga dzul hijjah dan bulan lainnya.
Oleh karenanya dapat dinyatakan bahwa satu momen hanya terjadi pada satu hari sama pada wilayah dan bumi yang sama. Jika ada yang salah atau berbeda silahkan dikoreksi, tidak perlu memaksakan kebenaran yang kita yakini hingga dapat membuat orang lain masuk dalam kesalahan dan tersesat. Lihat pembicaraan /permintaan penghuni neraka yaitu orang-orang yang disesatkan kepada Allah (Qs. Al Ahzab 66-68 dan Qs. Al A’raaf 38)
Tidak perlu mempertahankan pendapat jika terdapat kesalahan. Dan Rasulullah SAW sendiri juga pernah mengkoreksi hari raya idul fitri. Beliau memerintahkan untuk berbuka siangnya dan shalat ied keesokan harinya.
سنن النسائي ١٥٣٩: أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ عَنْ أَبِي عُمَيْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ عُمُومَةٍ لَهُ
أَنَّ قَوْمًا رَأَوْا الْهِلَالَ فَأَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يُفْطِرُوا بَعْدَ مَا ارْتَفَعَ النَّهَارُ وَأَنْ يَخْرُجُوا إِلَى الْعِيدِ مِنْ الْغَدِ
Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin 'Ali dia berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya dia berkata: telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr dari Abu 'Umair bin Anas dari bibinya, bahwa ada suatu kaum yang melihat hilal (bulan Sabit, masuknya bulan Syawal), lalu mereka datang kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam. Kemudian beliau Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam memerintahkan mereka untuk berbuka puasa setelah hari agak siang dan keluar ke tempat shalat Id (hari raya) besoknya. (Sunan Nasa'i 1539)
Dan berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan bisa terjadi pada siapa yang menetapkan awal bulan. Kesalahan bisa terjadi pada penetapan HTI, MU, NU, Tarekat, dan lainnya dan atau pada penetapan Pemerintah. Demikian juga kesalahan bisa terjadi pada penetapan Arab Saudi, Turki dan atau pemerintah negara-negara lainnya. Jika kesalahan bisa terjadi pada pihak yang menetapkan, apalagi pada pihak mengikuti. Imam, Nazir Masjid yang mengikuti juga bisa salah karena mengikuti yang salah, termasuk kita yang hanya mengikuti. Telah jelas ada yang perbedaan, namun memilih yang salah. Dan bisa saja hari yang kita pilih dan ikuti adalah hari yang diharamkan berpuasa.
Demikian tulisan tentang siapa yang salah? Semoga dapat membuka wawasan kita bersama. Dan Insya Allah dalam tulisan berikutnya akan dibahas juga bagaimana agar tidak ikut tersesat atau salah ketika terjadi perbedaan hari berpuasa dan berlebaran. Semoga bermanfaat
Subhanaka Allahumma Wa Bihamdika Asyhadu Alla Ilaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa Atubu Ilaik
Posting Komentar
Posting Komentar