Dalam tulisan sebelumnya telah disampaikan apa perlunya kita mesti bersama berpuasa dan berlebaran. Tidak cukup hanya dengan kata dan perbuatan saling menghormati dan menghargai. perbedaan waktu ini masih dapat dipersatukan, sepanjang masing-masing pihak mau membuka diri. Masing-masing pihak yang berkiatan dengan penetapan 1 Ramadhan, syawal dan dzulhijjah harus mau duduk bersama.
Oleh karenanya sebelum menyatakan mana yang benar? Tentu kita harus memahami terlebih dahulu macam model penetapan Ramadhan, syawal dan dzulhijjah.
Secara umum ada dua metode penetapan awal Ramadhan, syawal dan dzulhijjah yaitu Metode Rukhyatul Hilal dan hisab.
Metode Rukhyat Hilal
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Satu bulan itu berjumlah dua puluh sembilan malam (hari) maka janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihatnya. Apabila kalian terhalang oleh awan maka sempurnakanlah jumlahnya menjadi tiga puluh". (Shahih Bukhari 1774)
Penetapan awal bulan ini dilakukan oleh Pemerintah RI yakni Kemenag melalui sidang Itsbat setelah mengumpulkan hasil rukhyat setelah matahari terbenam pada hari ke-29 sebelumnya. Jika hilal terlihat keesokannya diputuskan sebagai awal bulan baru. Dan jika tidak terlihat maka awal bulan keesokan lusanya, karena usia bulan berjalan 30 hari. Ditingkat dunia banyak juga negara yang menerapkan hal ini seperti Tanzania, India, Pakistan, New zealand, Arab saudi dan lainnya. Namun secara umum Rukhyat internasional yang dikuti oleh negara lain rukyat yang ditetapkan oleh Arab saudi.
Metode Hisab
رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kamu melihatnya maka berpuasalah dan jika kamu melihatnya lagi maka berbukalah. Apabila kalian terhalang oleh awan maka perkirakanlah jumlahnya ". (Shahih Bukhari 1767) hampir senada dengan hadits (Shahih Muslim 1798)
Metode ini menggunakan perhitungan dengan kriteria tertentu untuk memperkirakan bulan-bulan dalam tahun hijriah. Termasuk didalamnya bulan Ramadhan Syawal dan Dzulhijjah yang dapat diperkirakan jauh-jauh hari.
Metode ini banyak ragamnya seperti wujudul Hilal oleh Muhammadiyah, Imkanu Rukhyat oleh Persis, Lapan, Mabims, NU dan lainnya. Ditingkat dunia ada Ummul quraa Arab Saudi dan Kalender Hijriah Global Turki.
Dan memang kedua metode ini tidak sederhana hal di atas, karena banyak pecahannya. Metode rukhyat juga terbagi lagi dan demikian juga metode hisab lebih banyak kelompoknya. Masing-masing telah mengklaim yang terbaik.
Namun untuk memudahkan pemahaman. Maka berikut disampaikan kelebihan dan kekurangan masing-masing metode yaitu
- Dari sisi dalil kedua metode baik Rukhyat maupun hisab memiliki dalil yang baik. Walaupun sebagian ulama menafsirkan bahwa dalil yang digunakan metode rukhyat lebih tegas, sehingga khusus bulan ibadah Ramadhan, syawal dan dzul hijjah sebagain besar mempertahan metode rukhyat.
- Dari sisi Presisi. Metode rukhyat dianggap lebih presisi karena lebih dapat dilihat indera mata. Sementara metode hisab dianggap bersifat perhitungan dan perkiraan.
- Dari sisi ilmiah, metode hisab memiliki kelebihan rukhyat karena melibatkan ilmu pengetahuan seperti astronomi dan lainnya. Sementara rukhyat hanya mengandalkan pengamatan.
- Dari sisi waktu. Metode hisab dapat mengetahui awal bulan lebih cepat dan dalam jangka waktu yang panjang, sementara rukhyat baru diketahui setelah hari ke-29 sebelumnya.
- Dari sisi lingkup wilayah (matla’). Metode hisab dianggap memiliki kelebihan yang dapat diterapkan secara lebih luas yaitu dunia berbeda rukhyat yang terbatas penggunaannya.
- Dari sisi sosial umat. Metode rukhyat dianggap tidak dapat mempersatukan hari ibadah dan hari raya, seperti halnya metode hisab.
- Dari sisi kalender. Metode Rukhyat dianggap tidak dapat membangun kalender Islam secara global seperti halnya metode hisab.
Memang keduanya saling mengklaim paling benar, dan berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa kedua metode ini sama-sama benar. Masing-masing memiliki dalil dan kelebihan kekurangan masing-masing. Namun jika kedua saling bertahan pada pendapatnya, maka akan membuka PINTU KESALAHAN bagi yang sekedar mengikuti tanpa mengetahui dasarnya. Oleh karenanya perlu adanya penyatuan keduanya..
Kemudian muncul Pertanyaan :
Bagaimana menyatukan metode yang berbeda saling bertolak belakang sementara keduanya memiliki dalil, alasan dan tujuan yang kuat?
Sepanjang kita masih memiliki semangat menyatukan perbedaan ini, Insya Allah harapan tersebut akan dapat terkabul. Oleh karenanya kelebihan dan kekurangan masing-masing metode tersebut sebagian masih disebut sebagai anggapan atau klaim. Karena dibalik kekurangan justeru terdapat kelebihan dan dan dibalik kelebihan bisa terdapat kekurangan.
Dan Alhamdulillah, model dan cara penyatuan ini telah ditulis dalam buku “Palingkan Wajahmu ke Arah Masjidil Haram untuk Menyatukan Kalender Islam Dunia”. Dalam buku ini Kalender Islam Dunia dibangun dengan menggabungkan metode hisab dan rukhyat. Dan Insya Allah Aplikasinya dalam menyatukan Ramadhan, syawal dan Dzulhijjah akan dipaparkan lebih lanjut.
Posting Komentar
Posting Komentar