Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menjenguk orang sakit atau ketika ada orang yang sakit datang kepada beliau maka beliau selalu berdo'a dalam hadits dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَى مَرِيضًا أَوْ أُتِيَ بِهِ قَالَ أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjenguk orang sakit atau ada orang yang sakit datang kepada beliau, beliau berdo'a:
"ADZHIBIL BA`SA RABBAN NAASI ISYFII WA ANTA SYAAFI LAA SYIFAA`A ILLA SYIFAA`UKA SYIFAA`A LAA YUGHAADIRU SAQAMA
(Hilangkanlah penyakit wahai Rab sekalian manusia, sembuhkanlah wahai dzat Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada yang dapat menyembuhkan melainkan kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak membawa rasa sakit)." Shahih Bukhari 5243
Namun bagaimana jika sakitnya parah yang dapat menyebabkan kematian?
Untuk orang yang sakit Parah bisa mengikuti doa dipanjatkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menjenguk sa’d bin abi waqash yang sedang sakit keras di Mekkah
Sambil meletakkan tangan di atas kening Sa’d kemudian mengusap wajah dan perutnya, Beliau berdoa. Doa beliau ketika itu yaitu
اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا وَأَتْمِمْ لَهُ هِجْرَتَهُ
ALLAHUMMASYFII SA'D WA ATMIM LAHU HIJRATAHU
(Ya Allah, sembuhkanlah penyakit Sa'd dan sempurnakanlah hijrahnya)
Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat dari sa’d bin abi waqash, ia berkata
تَشَكَّيْتُ بِمَكَّةَ شَكْوًا شَدِيدًا فَجَاءَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنِّي أَتْرُكُ مَالًا وَإِنِّي لَمْ أَتْرُكْ إِلَّا ابْنَةً وَاحِدَةً فَأُوصِي بِثُلُثَيْ مَالِي وَأَتْرُكُ الثُّلُثَ فَقَالَ لَا قُلْتُ فَأُوصِي بِالنِّصْفِ وَأَتْرُكُ النِّصْفَ قَالَ لَا قُلْتُ فَأُوصِي بِالثُّلُثِ وَأَتْرُكُ لَهَا الثُّلُثَيْنِ قَالَ الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى جَبْهَتِهِ ثُمَّ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى وَجْهِي وَبَطْنِي ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا وَأَتْمِمْ لَهُ هِجْرَتَهُ فَمَا زِلْتُ أَجِدُ بَرْدَهُ عَلَى كَبِدِي فِيمَا يُخَالُ إِلَيَّ حَتَّى السَّاعَةِ
Aku pernah menderita rasa sakit yang amat berat ketika di Makkah, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang menjengukku, lalu aku berkata kepada beliau: "Wahai Nabi Allah, aku akan meninggalkan banyak harta benda, namun aku tidak memiliki seorang pun (ahli warits) selain seorang puteri, oleh karena itu aku wasiatkan dua pertiga dari harta bendaku dan aku tinggalkan sepertiganya"
beliau bersabda: "Jangan." Kataku: "Kalau begitu, aku wasiatkan setengahnya dan aku sisakan setengah."
Beliau menjawab: "Jangan." Kataku selanjutnya: "Kalau begitu aku wasiatkan sepertiga dan aku sisakan yang dua pertiganya."
Beliau bersabda: "Sepertiga, sepertiga pun masih banyak, "
lalu beliau meletakkan tangan beliau di atas keningnya kemudian beliau mengusap wajah dan perutku sambil berdo'a: "ALLAHUMMASYFII SA'D WA ATMIM LAHU HIJRATAHU (Ya Allah, sembuhkanlah penyakit Sa'd dan sempurnakanlah hijrahnya)."
Maka aku masih merasakan rasa sejuk di hatiku hingga saat ini." Shahih Bukhari 5227
Hadits tersebut menceritakan bahwa sa’d diberikan kesembuhan dan dipanjangkan umur. Hingga ia masih dapat merasakan kesejukan dihatinya ketika menceritakan haditsnya.
Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam mendoakannya panjang umur, meskipun ia tidak panjang umur. Hal ini karena sa’d mengerjakan suatu amalan dengan tujuan untuk mencari ridla Allah, untuk meningkatkan derajatnya, sehingga kaum Muslimin mendapatkan manfa'at darimu dan orang-orang (kafir) menderita kerugian karena sa’d.
Disebutkan dari Sa’d bahwa
عَادَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ أَشْفَيْتُ مِنْهُ عَلَى الْمَوْتِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَلَغَنِي مَا تَرَى مِنْ الْوَجَعِ وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلَا يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ لِي وَاحِدَةٌ أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي قَالَ لَا قَالَ قُلْتُ أَفَأَتَصَدَّقُ بِشَطْرِهِ قَالَ لَا الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَلَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى اللُّقْمَةُ تَجْعَلُهَا فِي فِي امْرَأَتِكَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِي قَالَ إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعْمَلَ عَمَلًا تَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً وَلَعَلَّكَ تُخَلَّفُ حَتَّى يُنْفَعَ بِكَ أَقْوَامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ اللَّهُمَّ أَمْضِ لِأَصْحَابِي هِجْرَتَهُمْ وَلَا تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ لَكِنْ الْبَائِسُ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ قَالَ رَثَى لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَنْ تُوُفِّيَ بِمَكَّةَ
"Pada saat haji wada', Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang menjengukku yang sedang terbaring sakit, lalu saya berkata: "Wahai Rasulullah, keadaan saya semakin parah seperti yang telah anda lihat saat ini, sedangkan saya adalah orang yang memiliki banyak harta, dan saya hanya memiliki seorang anak perempuan yang akan mewarisi harta peninggalan saya, maka bolehkah saya menyedekahkan dua pertiga dari harta saya?"
beliau bersabda: "Jangan." Saya bertanya lagi, "Bagaimana jika setengahnya?"
beliau menjawab: "Jangan, tapi sedekahkanlah sepertiganya saja, dan sepertiganya pun sudah banyak. Sebenarnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan yang serba kekurangan dan meminta minta kepada orang lain. Tidakkah Kamu menafkahkan suatu nafkah dengan tujuan untuk mencari ridla Allah, melainkan kamu akan mendapatkan pahala karena pemberianmu itu, hingga sesuap makanan yang kamu suguhkan ke mulut isterimu juga merupakan sedekah darimu."
Sa'ad berkata: "Saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah saya masih tetap hidup, sesudah teman-teman saya meninggal dunia?"
beliau menjawab: "Sesungguhnya kamu tidak akan panjang umur kemudian kamu mengerjakan suatu amalan dengan tujuan untuk mencari ridla Allah, kecuali dengan amalan itu derajatmu akan semakin bertambah, semoga kamu dipanjangkan umurmu sehingga kaum Muslimin mendapatkan manfaat darimu dan orang-orang menderita kerugian karenamu. Ya Allah… sempurnakanlah hijrah para sahabatku dan janganlah kamu kembalikan mereka kepada kekufuran, akan tetapi alangkah kasihannya Sa'd bin Khaulah."
Sa'd berkata: "Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akannya agar ia meninggal di kota Makah." Shahih Muslim 3076
Dari uraian di atas di dapatkan inti sari bahwa
1. Berdoa
Terdapat dua doa yang dipanjatkan nabi
Pertama Sambil meletakkan tangan di atas kening Sa’d kemudian mengusap wajah dan perutnya, Beliau berdoa. Doa beliau ketika itu yaitu
اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا وَأَتْمِمْ لَهُ هِجْرَتَهُ
ALLAHUMMASYFII SA'D WA ATMIM LAHU HIJRATAHU (Ya Allah, sembuhkanlah penyakit Sa'd dan sempurnakanlah hijrahnya)
Dan yang kedua
اللَّهُمَّ أَمْضِ لِأَصْحَابِي هِجْرَتَهُمْ وَلَا تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ لَكِنْ الْبَائِسُ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ
Ya Allah… sempurnakanlah hijrah para sahabatku dan janganlah kamu kembalikan mereka kepada kekufuran, akan tetapi alangkah kasihannya Sa'd bin Khaulah.
Untuk doa nama sa’d dapat diganti sesuai dengan nama yang di do’a kan. Sedangkan jika yang di do’a kan itu perempuan maka Dhamir dia laki-laki (هُ ) diganti dhamir dia perempuan (هَ )
2. Beramal atau Fidyah
Berbuat suatu amalan dengan tujuan untuk mencari ridla Allah, untuk meningkatkan derajatnya
Berbuat suatu amalan dengan mengharap ridla Allah juga dapat berupa niat berjuang di jalan Allah.
Hal ini juga pernah dialami seorang pemuda yang sedang dalam kondisi kritis dengan dada yang sesak ketika dalam sebuah perjalanan.
diceritakan bahwa Saat itu Ia berjanji kepada Allah jika diberikan umur panjang maka ia akan menjadi penolong Allah. dan seketika itu juga ia mensedekahkan uangnya kepada pengemis di jalan dan hanya menyisakan receh dan untuk membeli minyak kayu putih. Kemudian ia sapukan ke badannya. Dan tidak selang lama badannya segar kembali dan dapat melanjutkan perjalanannya hingga selamat sampai tujuan.
amalan atau fidyah ini juga pernah dilakukan oleh Ka'ab bin Ujrah ketika sakit dikepala diserang kutuyang parah. Nabi shallallahu 'alaihi menyuruhnya untuk sedekah menyembelihkambing. Namun karena Ka'ab tidak memilikinya maka diberi pilihan puasa slama 3 hari atau memberi makan 6 orang miskin.
dan masalah Umur adalah takdir yang sudah ditetapkan dan itu adalah Hak Allah. Umur yang panjang dan pendek bukan sesuatu yang utama tapi keberkahan dalam umur itu. Umur umur panjang bagi orang musyrik sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa.
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (٩٦)
dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Baqarah ayat 96)
Karena mintalah keberkahan umur, jika kita dalam kondisi sulit dan meminta umur yang panjang mintalah agar umur yang diberikan dapat meningkatkan derajat kita di akhirat.
Posting Komentar
Posting Komentar