Contoh Islam mengajarkan Demokrasi dan Toleransi

Anda tentu memahami bahwa Islam memberikan perhatian lebih pada kehidupan akhirat daripada duniawi. Jika anda menyebut Islam tidak toleran dan demokrasi, hal ini sama saja fitnah.


لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٥٦)

tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al Baqarah ayat 256)
ayat di atas merupakan salah satu ayat yang sangat tolerabn dan demokrasi. Manusia memiliki kedaulatan dan berkuasa atas dirinya serta bertanggung jawab masing-masing.

Toleransi dan demokrasi yang berarti kemerdekaan dan kebebasan umatnya tidak hanya dalam urusan dunia saja. Untuk urusan akhirat atau urusan ibadah, Islam juga mengajarkan demokrasi dan toleransi dalam batasan yang bertanggungjawab. 

Sebagai contoh toleransi dan demokrasi ini dapat kita dalam pelaksanaan shalat sebagai bentuk ibadah seorang hamba kepada Sang Pencipta yaitu :
  1. Kita diberikan kebebasan mau shalat di awal waktu, pertengahan waktu atau akhir waktu. Namun shalat di awal waktu nilainya lebih utama.
  2. Kita diberi kebebasan untuk shalat di mana saja, namun shalat di masjid lebih utama. Apalagi shalat di masjidil aqsa nilainya 300-500 kali dari shalat di masjid biasa, dan shalat di masjid nabawi nilainya 1000 kali dari shalat di masjid biasa. Demikian juga shalat di masjidil haram nilainya 100.000 kali lebih dari shalat di masjid biasa.
  3. Kita diperintahkan untuk mendirikan shalat dengan sesuai kemampuan kita sendiri. Kalau mampu berdiri laksanakan secara berdiri, kalau gak sanggup dapat dengan duduk, gak sanggup duduk dapat dilakukan dengan berbaring. Bahkan jika kita tidak sanggup melakukan gerakan shalat sambil berbaring, gerakan shalat bisa digantikan dengan gerakan mata.
  4. Kita juga diberi kebebasan untuk melaksanakan shalat mau berjamaah atau shalat sendirian, namun nilai shalat berjamaah lebih utama.
  5. ketika shalat berjamaah dan pemimpin shalat (imam) melakukan kesalahan, kita sebagai pengikut shalat (makmum) dapat mengingatkan imamnya.
  6. Jika kita sedang dalam perjalanan atau sedang berjihad, kita boleh memperpendek shalat atau kita juga boleh menggabung 2 shalat menjadi satu.
  7. Kita juga tidak mesti hanya shalat yang 5 waktu sehari semalam, kita juga dibolehkan menambahkan shalat tambahan atau shalat sunnah namanya untuk menambah kemuliaan.
  8. Kita juga boleh meninggalkan sholat dengan sengaja karena sesuatu alasan tertentu yang dibenarkan.
  9. Kita juga bisa tidak mau melaksanakan shalat, asalkan sudah siap diakhirat tinggal dalam sebuah tempat yang panas tak terkira yang kinal dengan nama neraka.
Jadi kesimpulannya sungguh mulia islam yang mengajarkan kebebasan dan kemerdekaan bagi umatnya untuk berpendapat, bersikap dan berbuat. Dari contoh urusan ibadah di atas yang jelas-jelas lebih utama, umat islam tetap diberikan kebebasan. Apalagi dalam hal urusan duniawi yang notabene untuk memilih pemimpin yang seakidah atau seiman, kita umat islam diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan.
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar