Hikmah Perselisihan Aisyah dan Ibnu Umar terkait Ibadah Umrah Rasulullah SAW di Bulan Rajab

Para sahabat Rasulullah SAW sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadits. Kesalahan dalam menyampaikan hadits dapat menyebabkan dusta terhadap Rasulullah dan bila sengaja dilakukan maka telah tersedia tempat duduknya di neraka. 

عن انس بن مالك انه قال انه ليمنعني ان احدثكم حديثا كثيرا ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من تعمد علي كذبا فليتبوا مقعده من النار
dari Anas bin Malik bahwasanya dia berkata: "Sesungguhnya sesuatu yang menghalangiku untuk menceritakan hadits yang banyak kepada kalian adalah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Barangsiapa yang sengaja melakukan kedustaan atas namaku, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka.'" (Shahih Muslim 3)
Hadist di atas adalah dasar para sahabat berhati hati dalam menyampaikan hadits. Sebagai contoh, kita akan melihat bagaimana kebesaran hati Ummul Mu’minun Siti Aisyah RA dan Ibnu Umar atau Abu Abdurahman atau Abdullah bin Umar Bin Al Khattab ketika berselisih. Perselisihan ini terkait dengan ibadah Umrah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada Bulan Rajab. Jika kita mengambil hadits berikut secara tunggal, maka akan terlihat perbedaan antara keduanya.

dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melaksanakan umrah sebanyak empat kali. Salah satunya pada bulan Rajab. (Sunan Tirmidzi 859)
dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan 'umrah pada bulan Rajab". (Shahih Bukhari 1653)
Hikmah Perselisihan Aisyah dan Ibnu Umar terkait Ibadah Umrah Rasulullah SAW di Bulan Rajab

Memang jika kita hanya mengambil dua hadits diatas sebagai rujukan maka dipastikan akan terjadi perbedaan pendapat yang tiada berujung bagi kita yang merujuk. Oleh karena kita harus mencari lagi hadits-hadits terkait sehingga tidak menimbulkan perselisihan bagi kita. Dari hasil penelusuran sementara didapatkan empat kelompok hadits tentang bulan Rajab da Ibadah Umrah Rasulullah, yang terdiri atas tiga kelompok hadits dengan membenarkan ummul Mukminun dan satu kelompok membenarkan Abu Abdurahman yaitu :

1. Rasulullah tidak pernah Umroh di bulan Rajab disampaikan Ummul Mukminun dengan membenarkan pendapatnya (Sunan Tirmidzi 858), (Shahih Bukhari 3922)

2. Rasulullah tidak pernah Umroh di bulan Rajab disampaikan Ummul Mukminun dengan doa untuk Abu Abdurahman dan membenarkan pendapatnya (Shahih Bukhari 1652), (Shahih Muslim 2200) (Musnad Ahmad 5159)

3. Rasulullah tidak pernah Umroh di bulan Rajab disampaikan Ummul Mukminun dengan doa untuk Abu Abdurahman dan membenarkan pendapatnya namun masih membuka kebenaran dari Abu Abdurahman (Sunan Ibnu Majah 2989) (Musnad Ahmad 5852, 6013, 6142)

4. Rasulullah Umroh di bulan Rajab disampaikan Abu Abdurahman namun dibantah oleh Ummul Mukminun. Abu Abdurahman memilih diam untuk menghormati pendapat Ummul mukminun (Musnad Ahmad 23144), (Shahih Muslim 2199)

Berdasarkan kelompok hadits tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa Rasulullah tidak melaksanakan umroh pada bulan Rajab. Hal ini karena terlihat kuat pada pilihan tersebut. Namun belum dapat dipastikan sepenuhnya apakah Rasulullah SAW pernah atau tidak melaksanakan umrah pada bulan Rajab. Memang ada yang berpendapat bahwa diamnya Ibnu Umar karena keraguan beliau tentang pendapatnya. Namun dapat saja Ibnu Umar  memilih diamnya karena menghormati pendapat Ummul Mukminun. 

Ini adalah contoh penelusuran hadits yang dilakukan penulis melalui kajian Hikmah 313. Dengan melalui kaidah ini, Insya Allah kita akan dapat mempertemukan hadits-hadits yang berbeda. dan Alhamdulillah hasilnya dapat menjadi jalan tengah atau mendamaikan perbedaan pendapat, amalan dan ibadah yang kita lakukan saat ini. Semoga metode ini dapat terus berlanjut kita kita dapat menyatukan pandangan dan pendapat dalam islam dalam wadah jama’ah pengikut Rasulullah SAW.

Penulis mengambil contoh pengkajian hadits yang belum selesai, sehingga Penulis menyebutnya hasil sementara. Penelusuran hadits masih akan berlanjut Insya Allah dengan kehendakNya akan mendapatkan jawaban. 

Namun disini kita dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari perselisihan ini adalah sebagai berikut :

1. Tetap selalu mendoaan saudara kita walau berselisih pendapat

2. Mempertahankan kebenaran yang kita miliki semampunya jika tidak minimal dalam hati

3. Tetap membuka pintu kebenaran dari yang lain, terkhusus yang sama menggunakan petunjuk Allah dan RasulNya sebagai petunjuk, sehingga hati kita tidak menjadi tertutup, mata seperti buta dan telinga seperti tuli.

Semoga kita selalu dapat mengambil hikmah dari semua kehidupan kita.
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar