Dalam mengamalkan sunnah-sunah Rasulullah terkadang kita menemukan hadits-hadits yang mungkin aneh. Haditsnya mungkin kurang pas dengan pemahaman atau kebiasaan yang kita lakukan. Sehingga ketika mendapatkan hadits demikian, kita merespon seperti menolak atau mengolok-ngoloknya atau memelintir dengan menganggap bahwa hadits tersebut tidak benar.
Hal ini perlu hati-hati! Jangan sampai penolakan terhadap sebuah hadits, menjadikan keraguan terhadap Nabi Muhammad sebagai utusan Allah.
Masa sich.. Nabi berbuat seperti itu? Kog yang begitu diurusin Nabi..? Kog cuma gitu aja, dilarang sich?
Sepanjang hadits yang disampaikan shahih, yakini saja dulu dengan penuh keimanan. Lain halnya jika haditsnya lemah ataupun palsu. Dan terkait masalah bagaimana kita mengamalkan atau melaksanakannya, itu urusan selanjutnya. Jangan korbankan iman kita untuk memprotes atau menyelisihi, sesuatu yang belum sanggup dikerjakan. Ada kaidah dalam hukum Islam yaitu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَخُذُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَانْتَهُوا
dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Biarkanlah apa yang telah aku tinggalkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena pertanyaan dan perselisihan mereka kepada para Nabinya. Jika aku perintahkan kepada kalian terhadap suatu perkara maka laksanakanlah semampu kalian, dan jika aku larang kalian dari suatu perkara maka jauhilah." (Sunan Ibnu Majah 2)
hadits di atas jelas memberikan kaidah hukum bahwa jika sebuah perkara itu adalah perintah Nabi SAW maka laksanakan semampunya, dan jika dilarang maka jauhilah. Karena Rasulullah adalah contoh dan tauladan yang baik.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 33:21)
Rasulullah SAW adalah contoh yang baik sebagai seorang hamba. Beliau juga adalah hamba yang paling bertaqwa dan takut kepada Allah. Oleh karenanya tidaklah pantas kita berkomentar terlalu jauh atau menyelisihi sunnah Rasulullah SAW.
Pada kesempatan ini kita coba melihat salah satu hadits yang memuat tentang Rasulullah pernah mencium isteri pada saat berpuasa. Bagi kita yang belum memahami tentu memandang ganjil atau kurang pas terhadap hadits ini. Hal ini pernah ditanya Umar bin Abu Salamah
أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُقَبِّلُ الصَّائِمُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَلْ هَذِهِ لِأُمِّ سَلَمَةَ فَأَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَتْقَاكُمْ لِلَّهِ وَأَخْشَاكُمْ لَهُ
bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa apakah beliau pernah mencium isterinya saat berpuasa. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: "Tanyakanlah perkara ini kepada Ummu Salamah." Maka Ummu Salamah pun mengabarkan kepadanya bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan hal itu. Kemudian Umar bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan juga yang akan datang." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Demi Allah, aku adalah orang yang paling bertakwa dan paling takut kepada Allah di antara kalian." (Shahih Muslim 1863)
Hadits dari riwayat Ummu Salamah RA. ini memang bukan sebuah perintah, namun dilakukan Rasulullah SAW. Oleh karenanya terima dan yakini dulu, kalau masalah kita tidak mengikuti tentu butuh perjuangan. Karena dengan hadits di atas berarti dibolehkan mencium isteri dengan isteri ketika berpuasa. Namun rambu-rambu tentu tidak menimbulkan nafsu syahwat. Hal ini dijelaskan dari Riwayat Aisyah RA.
Bahwa "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencium dan mencumbu (isteri-isteri Beliau) padahal Beliau sedang berpuasa. Dan Beliau adalah orang yang paling mampu mengendalikan nafsunya dibandingkan kalian". (Shahih Bukhari 1792)
Hadits ini baru contoh awal, dan masih banyak sunah ataupun hadits yang sering menjadi penafsiran yang berbeda dan menjadi bahan olokan karena kita yang belum mampu memahami atau mengamalkannya. Termasuk tulisan sebelumnya tentang keutamaan membaca Al fatiha dalam hati ketika menjadi makmum. Sebagian justeru menjadikannya olokan, hal ini justeru menutup pintu kebenaran dan hikmah yang lebih luas.
Oleh karenanya dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Nabi SAW adalah teladan yang baik, maka yakini sunah-sunahnya tidak perlu menyelisihinya atau bahkan menjadi bahan olokan. Tidaklah pantas hal tersebut kita lakukan karena Rasulullah adalah hamba yang paling bertaqwa dan paling takut kepada Allah.
Demikian tulisan tentang teladan Rasulullah SAW sebagai hamba Paling Takut kepada Alla. Semoga kita selalu dapat meneladaninya.
subhanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik
Posting Komentar
Posting Komentar