Makna Alim Ulama kekinian dan 3 Macam Pembagiannya

Ulama dalam versi kekinian di akhir zaman ini sepertinya mengalami penyempitan makna. Terkadang kita biasa menyebut kata alim dan ulama digabung dalam satu kata alim ulama. Dan pengertian ulama yang berkembang di masyarakat kita kadang hanya dibatasi bahwa orang tersebut pimpinan organisasi umat, atau banyak jama’ahnya dan pengikutnya atau tokoh islam. Bahkan kamus bahasa Indonesia menyempitkan maknanya hanya sebatas orang yang pandai dalam pengetahuan islam.

Hal ini terungkap ketika ngobrol dengan salah satu ketua MUI sebuah daerah di SUMUT. Beliau mengatakan malu jika mengikuti pertemuan-pertemuan ulama tingkat nasional. Dengan alasan bahwa beliau merasa dihormati sekali sebagai ulama, padahal beliau tidak mempunyai pesantren. Dimana peserta lainnya terutama ulama-ulama dari jawa pasti memiliki pesantren memiliki santri, muri dan pengikut yang banyak. Sementara kita disini ...? jadi tersnyum kita semua yang mendengar 

Tidak heran kadang muncul istilah “ulama nyeleneh”. Sebuah penyebutan terhadap seorang ulama yang kadang bertindak dan berbicara bertentangan dengan alquran dan hadits. Perilakunya tidak sesuai dengan perkataannya dan lainnya. Dan tidak jarang pula ada anggapan itu bukan ulama kami, ini ulama kami. So.. Ulama kita yang mana? Oleh karenanya perlu kita bertanya apa sebenarnya makna ulama tersebut ? Seperti apa Alquran dan hadits membahas tentang alim dan ulama?

Walaupun kata alim dan ulama sudah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia. Namun dari maknanya masih melekat sebagai istilah dalam ajaran Islam. Oleh karenanya secara kaidah bahasa tentu masih tepat jika pengertian alim dan ulama kita dudukkan berdasarkan Alquran dan hadits. 

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 33:21)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan menuntunnya menuju surga dan para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena senang kepada pencari ilmu, sesungguhnya orang berilmu itu akan dimintakan ampunan oleh (makhluq) yang berada di langit dan di bumi hingga ikan di air, keutamaan orang yang berlilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang, sesungguhnya ulama adalah pewaris pada nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian yang banyak." Sunan Tirmidzi 2606, Sunan Abu Daud 3157, Sunan Ibnu Majah 219 Sunan Darimi 346 Musnad Ahmad 20723

Hadits diatas disebut bahwa Ulama adalah pewaris Nabi, dan di zaman kekinian tentunya sosok nabi muhammad SAW tidak ada lagi diantara kita. Namun sifat dan teladan beliau masih terpelihara dalam tubuh umatnya yaitu melalui hadirnya para ulama ditengah-tengah. Wajar jika ketika ulama dihina diserang, umat Islam bereaksi keras. Tidak heran beberapa waktu lalu banyak aksi bela Ulama menyusul banyaknya penghinaan dan hujatan yang dilakukan terhadap ulama. Hal ini tidak lain karena Ulama adalah repersentasi nabi di zamannya masing-masing. Kehormatan Ulama berarti kehormatan umat. 

Namun siapakah Orang yang dapat disebut Ulama?

Allah menciptakan mahluknya dengan beraneka ragam. Dengan air yang sama dari langit Allah tumbuhkan berbagai aneka ragam buah-buahan baik dari warna maupun rasanya. Dan hewan diciptakan dengan berbagai variasinya. Demikian juga manusia juga diciptakan bersuku berbangsa dengan warna dan ciri masing-masingnya. Termasuk didalamnya hamba-hambaNya dan ulama juga memiliki tingkat yang berbeda-beda.

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. 35:28)

Ayat diatas menyebutkan bahwa hanya ulama yang termasuk takut kepada Allah. Dan memang sifat takut inilah yang dimiliki Rasulullah SAW. Dimana Rasulullah pernah bersabda: "Demi Allah, aku adalah orang yang paling bertakwa dan paling takut kepada Allah di antara kalian." (Muslim 1863) Hadits senada juga terdapat dalam Bukhari 4675, Nasa’i 4549 dan Ahmad 23249, 24609, 24706, 24889). Disini Rasulullah menegaskan bahwa sekalipun beliau seorang nabi dan Rasul, namun beliau senantiasa takut kepada Allah.

Dari dalil-dalil diatas dapat dinyatakan bahwa seorang disebut ulama jika orang tersebut mewarisi sifat Nabi Muhammad SAW yaitu bertaqwa dan takut kepada Allah, dan berilmu. Hal ini senada pernyataan seorang tabi’in Sufyan bin Sa’id bin Masruq dalam sebuah hadits bahwa

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ قَالَ كَانَ يُقَالُ الْعُلَمَاءُ ثَلَاثَةٌ عَالِمٌ بِاللَّهِ يَخْشَى اللَّهَ لَيْسَ بِعَالِمٍ بِأَمْرِ اللَّهِ وَعَالِمٌ بِاللَّهِ عَالِمٌ بِأَمْرِ اللَّهِ يَخْشَى اللَّهَ فَذَاكَ الْعَالِمُ الْكَامِلُ وَعَالِمٌ بِأَمْرِ اللَّهِ لَيْسَ بِعَالِمٍ بِاللَّهِ لَا يَخْشَى اللَّهَ فَذَلِكَ الْعَالِمُ الْفَاجِرُ
bahwa ulama itu ada tiga, Pertama yaitu seorang alim yang mengetahui Allah, takut kepada Allah, tetapi tidak mengetahui perintah Allah, Kedua seorang alim yang mengetahui Allah, perintah-Nya subhanallahu wa ta'ala, dan takut kepada Allah, itulah alim yang sempurna, dan ketiga seorang alim yang mengetahui perintah Allah, tetapi tidak mengetahui Allah dan tidak takut kepada Allah, itulah alim yang fajir (lacur) ". Sunan Darimi 366 hadits dishahihkan Ad daroni
Makna Alim Ulama kekinian dan 3 Macam Pembagiannya

Hadits diatas membagi ulama dalam tiga bagian dengan indikator mengetahui Allah atau tidak, takut kepada Allah atau tidak dan mengetahui perintah Allah atau tidak. Hadits tersebut juga membedakan antara pengertian ulama dengan alim. Disebutkan seseorang alim sempurna jika ia mengetahui Allah, PerintahNya dan takut kepadaNya. Dan disebut sebagi alim yang fajir (lacur) jika ia mengetahui Allah, namun tidak takut dan tidak mengetahui Allah. Dikatakan lacur dapat juga bermakna termasuk orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk sebagaimana disebut dalam ayat al baqarah ayat 16. Ayat-ayat Alquran digunakan untuk membenarkan sikap, ucapan dan perbuatannya yang nyeleneh.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa 

Seorang ulama sudah pasti alim, namun seorang yang alim belum tentu ulama. Karena pengertian alim hanya sebatas orang yang mengetahui perintah Allah sehingga kelihatan berilmu dan shaleh. Sementara pengertian ulama lebih luas lagi yaitu orang yang selalu berpegang kepada Alquran dan hadits dalam mewarisi sifat-sifat Nabi Muhammad SAW dengan ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Mengetahui Allah
  2. Bertaqwa kepada Allah
  3. Takut kepada Allah
  4. Mengetahui Perintah Allah atau mempunyai ilmu agama Islam yang luas
Dengan kesimpulan ini tentunya dapat melengkapi dan menyempurnakan pengertian alim dan ulama dalam kamus bahasa Indonesia yang cenderung menyamakan pengertian keduanya. Alim diartikan sebagai orang berilmu (terutama dalam hal agama Islam) atau saleh, sedangkan ulama diartikan sebagai orang-orang pandai dalam pengetahuan agama Islam.

Padahal pengertian beradasarkan Alquran dan hadits menyebutkan bahwa ulama tidak hanya terbatas pada kepandaian dalam pengetahuan agama islam. Karena jika pengertian ulama hanya bersandar pada pengetahuan tentang agama islam, maka seorang yang fasik, kafir dan munafik masih dapat disebut sebagai ulama. Pengetahuan Islam hanya salah satu ciri seorang ulama. Dan ciri atau indikator seorang ulama itu ada empat yaitu mengetahui, bertaqwa dan takut kepada Allah serta mengetahui perintah Allah (mempunyai ilmua agama Islam).

Dengan demikian kurang tepat jika ada ungkapan “ulama nyeleneh”. Karena ketika seseorang nyeleneh atau perkataan dan perbuatan tidak sesuai dengan alquran dan hadits, maka sebenarnya telah gugur makna ulama pada dirinya. Tidak ada ulama nyeleneh, yang ada itu adalah seorang alim nyeleneh.

Semoga kajian singkat hikmah 313 ini dapat menjadi jalan kita untuk lebih memahami makna alim dan ulama sesuai tuntunan agama.

Subhanaka Allahumma Wa Bihamdika Asyhadu Alla Ilaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa Atubu Ilaik
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar