Kita ketahui bahwa mengganti ibadah yang ditinggalkan umumnya atas ibadah yang hukumnya wajib. Namun dalam beberapa dalil disebutkan bahwa terdapat tiga ibadah sunnah yang jika ditinggalkan maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga tetap menggantinya yaitu shalat Malam, puasa Sya’ban, dan Iktikaf di sepuluh malam akhir ramadhan
Adapun penjelasan Tiga Ibadah sunnah yang diganti ketika ditinggalkan tersebut adalah sebagai berikut
1. Shalat Malam
Shalat malam termasuk witir tahajud
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (٧٩)
dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. (QS. Al Isra ayat 79)
dari Abu Hurairah dia berkata:
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
Rasulullah memerintahkan kepadaku agar melaksanakan shalat witir sebelum tidur. Sunan Tirmidzi 417
atau jika di ramadhan disebut juga tarawih.
Dan dissebutkan belau mengganti ketika meninggalkan shalat malam
dari 'Aisyah,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا فَاتَتْهُ الصَّلَاةُ مِنْ اللَّيْلِ مِنْ وَجَعٍ أَوْ غَيْرِهِ صَلَّى مِنْ النَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً
bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketinggalan shalat malam karena sakit atau lainnya, maka beliau melaksanakan shalat pada siangnya sebanyak dua belas rakaat. Shahih Muslim 1234
dari 'Aisyah dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا لَمْ يُصَلِّ مِنْ اللَّيْلِ مَنَعَهُ مِنْ ذَلِكَ النَّوْمُ أَوْ غَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ صَلَّى مِنْ النَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika tidak sempat shalat malam karena ketiduran atau terserang kantuk, beliau shalat disiang hari sebanyak dua belas raka'at. Sunan Tirmidzi 407
shalat dua belas rakaat di siang hari yang ditafsirkan sebagai dua belas rakaat shalat dhuha memiliki keutamaan tersendiri.
Ummu Habibah bintu Abu Sufyan berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَكَعَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمِهِ وَلَيْلَتِهِ سِوَى الْمَكْتُوبَةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بِهَا بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
"Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Barangsiapa mengerjakan dua belas rakaat pada siang dan malamnya selain shalat wajib, Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surga'." Sunan Nasa'i 1773
2. Puasa Sya’ban
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ أَوْ قَالَ لِرَجُلٍ وَهُوَ يَسْمَعُ يَا فُلَانُ أَصُمْتَ مِنْ سُرَّةِ هَذَا الشَّهْرِ قَالَ لَا قَالَ فَإِذَا أَفْطَرْتَ فَصُمْ يَوْمَيْنِ
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya atau kepada seorang laki-laki sementara ia mendengarnya: "Wahai Fulan, apakah kamu telah puasa di akhir bulan (Sya'ban) ini?" laki-laki itu menjawab, "Tidak." Beliau bersabda: "Jika kamu telah usai menunaikah puasa Ramadlan, maka berpuasalah dua hari." Shahih Muslim 1975
bahwa dalam buku Amalan Puasa Sya’ban disebutkan bahwa puasa sya’ban minimal dikerjakan sebanyak 3 (tiga) hari yaitu sehari diawal bulan, sehari dipertengahan dan sehari diakhir bulan. Maka ketika ditinggalkan maka diganti menjadi 6 (enam) hari di bulan syawal. Mengganti puasa menjadi enam hari dibulan syawal berkaitan dengan keutamaan puasa enam hari dibulan syawal
, dari Abu Ayyub sahabat nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ
dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau berkata:
"Barangsiapa yang melakukan puasa pada Bulan Ramadlan kemudian ia ikutkan dengan puasa enam hari pada Bulan Syawal, maka seolah-olah ia berpuasa satu tahun." Sunan Abu Daud 2078 dan Sunan Ibnu Majah 1706 hadits dishahihkan oleh Al Albani
3. Iktikaf di sepuluh malam akhir ramadhan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengganti ikhtikaf di sepuluh hari bulan Syawal
dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ أَنْ يَعْتَكِفَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ فَأَذِنَ لَهَا وَسَأَلَتْ حَفْصَةُ عَائِشَةَ أَنْ تَسْتَأْذِنَ لَهَا فَفَعَلَتْ فَلَمَّا رَأَتْ ذَلِكَ زَيْنَبُ ابْنَةُ جَحْشٍ أَمَرَتْ بِبِنَاءٍ فَبُنِيَ لَهَا قَالَتْ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى انْصَرَفَ إِلَى بِنَائِهِ فَبَصُرَ بِالْأَبْنِيَةِ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا بِنَاءُ عَائِشَةَ وَحَفْصَةَ وَزَيْنَبَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَالْبِرَّ أَرَدْنَ بِهَذَا مَا أَنَا بِمُعْتَكِفٍ فَرَجَعَ فَلَمَّا أَفْطَرَ اعْتَكَفَ عَشْرًا مِنْ شَوَّالٍ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahu bahwa Beliau akan beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Lalu 'Aisyah meminta izin kepada Beliau (untuk membuat bangunan (tenda) khusus) maka dia diizinkan. Kemudian Hafshah meminta 'Aisyah agar memintakan izin kepada Beliau untuknya lalu dilakukan oleh 'Aisyah. Ketika melihat hal itu, Zainab binti Jahsy memerintahkan pula untuk membuatkan tenda, maka tenda itu dibuat untuknya. 'Aisyah berkata: Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bila telah selesai dari shalat, Beliau kembali ke tempat khusus i'tikaf. Maka Beliau melihat ada banyak tenda, lalu berkata: "Apa ini?" Mereka menjawab: "Ini tenda-tenda milik 'Aisyah, Hafshah dan Zainab". Maka Beliau bersabda: "Apakah mereka mengharapkan kebajikan dengan tenda-tenda ini? Aku tidak akan beri'tikaf." Maka Beliau pulang ke rumah. Setelah bulan Ramadhan berakhir Beliau i'tikaf sepuluh hari di bulan Syawal. Shahih Bukhari 1904
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengganti ikhtikaf di sepuluh hari awal bulan Syawal
dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ وَإِنَّهُ أَمَرَ بِخِبَائِهِ فَضُرِبَ أَرَادَ الِاعْتِكَافَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَأَمَرَتْ زَيْنَبُ بِخِبَائِهَا فَضُرِبَ وَأَمَرَ غَيْرُهَا مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخِبَائِهِ فَضُرِبَ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَجْرَ نَظَرَ فَإِذَا الْأَخْبِيَةُ فَقَالَ آلْبِرَّ تُرِدْنَ فَأَمَرَ بِخِبَائِهِ فَقُوِّضَ وَتَرَكَ الِاعْتِكَافَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى اعْتَكَفَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَّلِ مِنْ شَوَّالٍ
Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak I'tikaf, beliau shalat Shubuh terlebih dahulu, lalu masuk ke tempat I'tikafnya dan beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik kecil, maka dibuatlah. Beliau ingin I'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadlan. Zainab juga minta dibuatkan bilik kecil, maka dibuatkanlah untuknya. Ketika beliau hendak menunaikan shalat Shubuh, beliau bersabda: "Kebaikan apa yang kalian inginkan?" Beliau lalu memerintahkan agar bilik-bilik itu dibongkar, lalu beliau batalkan I'tikaf di bulan Ramadlan. Sehingga beliau I'tikaf pada sepuluh hari pertama di bulan Syawal. Shahih Muslim 2007
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengganti ikhtikaf di sepuluh hari akhir bulan Syawal disebutkan dalam Shahih Bukhari 1900
Posting Komentar
Posting Komentar