Kalender Muhammadiyah NU Bersatu, mungkinkah? Insyaallah


Mungkin kita terkadang sudah pesimis bahwa Kalender islam bisa bersatu. sebagai gambarannya kita di indonesia apakah mungkin kalender Muhammadiyah NU Bersatu. Sepertinya tidak mungkin?

Gagasan tentang kalender Islam yang bersatu di Indonesia, khususnya antara Muhammadiyah dan NU, memang tampak seperti tantangan yang berat saat ini. Mari kita telaah beberapa faktor yang membuat hal ini sulit terwujud:

  • Perbedaan Metode Penentuan Awal Bulan: Perbedaan mendasar terletak pada metode yang digunakan untuk menentukan awal bulan Hijriah. Muhammadiyah cenderung menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, yang menitikberatkan pada perhitungan astronomis yang akurat untuk menentukan keberadaan hilal (bulan sabit pertama). Sementara itu, NU lebih mengutamakan metode rukyatul hilal bil fi'li, yaitu melihat hilal secara langsung. Perbedaan ini sering kali menghasilkan perbedaan dalam penetapan tanggal-tanggal penting seperti awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha.

  • Landasan Teologis dan Fiqih: Perbedaan metode ini berakar pada interpretasi yang berbeda terhadap dalil-dalil agama dan prinsip-prinsip fiqih terkait penentuan awal bulan. Masing-masing organisasi memiliki pandangan dan argumentasi yang kuat berdasarkan pemahaman mereka.

  • Sejarah dan Identitas Organisasi: Muhammadiyah dan NU memiliki sejarah panjang dan telah membangun identitas serta tradisi masing-masing. Kalender menjadi bagian dari identitas tersebut, dan perubahan signifikan dalam hal ini bisa dianggap sebagai pelepasan sebagian dari ciri khas organisasi.

  • Kepentingan Organisasi: Sebagai organisasi besar dengan jutaan pengikut, baik Muhammadiyah maupun NU memiliki kepentingan dalam mempertahankan otoritas dan pandangan mereka. Penyatuan kalender bisa menimbulkan dinamika kekuasaan dan pengaruh di antara kedua organisasi.

  • Faktor Sosial dan Politik: Penetapan kalender Islam juga memiliki dimensi sosial dan politik. Pemerintah Indonesia memiliki peran dalam menetapkan kalender nasional, yang sering kali berusaha mengakomodasi pandangan berbagai organisasi Islam. Namun, perbedaan yang mendasar antara Muhammadiyah dan NU sering kali menyulitkan tercapainya konsensus tunggal.

Meskipun tantangannya besar, bukan berarti persatuan kalender Islam di Indonesia mustahil secara absolut di masa depan. Namun, untuk mewujudkannya, dibutuhkan dialog yang mendalam, saling pengertian, dan kemauan untuk mencari titik temu yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Fokus pada kemaslahatan umat yang lebih besar mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada.


جَعَلَ ٱللَّهُ ٱلْكَعْبَةَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ قِيَٰمًا لِّلنَّاسِ


Allah telah menjadikan Ka‘bah, rumah suci itu sebagai pusat kegiatan (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia ( Qs. Al Maidah 97)




Rukyat global dengan Makkah sebagai pusatnya merupakan  Gagasan yang memiliki potensi besar untuk menyatukan kalender Islam secara global, termasuk di Indonesia antara Muhammadiyah dan NU. Mari kita telaah lebih lanjut:

Potensi Rukyat Global Makkah:

  • Kesatuan Waktu Ibadah: Dengan menjadikan Makkah sebagai pusat rukyat, seluruh umat Islam di dunia akan memiliki satu acuan yang sama untuk menentukan awal bulan Hijriah. Ini akan menghilangkan perbedaan waktu pelaksanaan ibadah seperti puasa, Idulfitri, dan Iduladha antar negara atau organisasi.
  • Simbol Persatuan Umat: Makkah adalah kiblat seluruh umat Islam dan merupakan kota suci yang dihormati. Menjadikannya pusat penentuan kalender akan menjadi simbol persatuan dan kebersamaan umat Islam sedunia.
  • Mengakomodasi Kedua Pendekatan: Secara teoritis, rukyat global dengan Makkah sebagai pusat bisa mengakomodasi semangat kedua organisasi di Indonesia. Hasil rukyat di Makkah akan menjadi acuan (semangat rukyat NU), namun penetapannya akan berlaku secara global berdasarkan hasil pengamatan di pusat (semangat global Muhammadiyah).
  • Kemajuan Teknologi: Dengan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin canggih, hasil rukyat di Makkah dapat dengan cepat dan akurat disebarkan ke seluruh dunia.

Tantangan Implementasi:

Meskipun ide ini menarik, implementasinya tentu tidak akan mudah dan akan menghadapi beberapa tantangan:

  • Perbedaan Interpretasi Rukyat: Akan muncul perdebatan mengenai kriteria visibilitas hilal yang diterima secara global. Apakah harus terlihat dengan mata telanjang, atau boleh menggunakan alat bantu modern? Standar visibilitas yang berbeda dapat menimbulkan perbedaan hasil rukyat.
  • Otoritas Penetapan: Siapa yang berwenang melakukan rukyat di Makkah dan menetapkan awal bulan secara global? Apakah perlu ada badan internasional yang disepakati oleh seluruh umat Islam?
  • Kepatuhan Nasional: Bagaimana negara-negara dengan sistem kalender sendiri akan menyesuaikan diri dengan kalender global yang berpusat di Makkah? Perlu ada kesepakatan dan komitmen dari pemerintah dan organisasi Islam di berbagai negara.
  • Sentimen Lokal: Beberapa kelompok mungkin merasa keberatan dengan sentralisasi penentuan kalender di Makkah dan lebih memilih metode atau otoritas lokal.

Potensi di Indonesia:

Dalam konteks Indonesia, gagasan rukyat global Makkah bisa menjadi jembatan emas antara Muhammadiyah dan NU. Muhammadiyah dengan semangat globalnya mungkin akan lebih terbuka dengan ide kalender tunggal yang berlaku secara internasional. Sementara itu, NU dengan penekanan pada rukyat bisa menerima acuan dari hasil rukyat yang dilakukan di Makkah, sebagai tempat yang paling utama dan dihormati.

Kesimpulan:

Ide rukyat global dengan Makkah sebagai pusatnya adalah visi yang menjanjikan untuk menyatukan kalender Islam secara global dan berpotensi menyelesaikan perbedaan yang ada di Indonesia. Namun, mewujudkannya memerlukan dialog yang konstruktif, kesepakatan bersama, dan komitmen dari seluruh umat Islam di dunia. Ini adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran dan kebijaksanaan.


apa langkah pertama untuk melakukan ini? ikuti penetapan awal bulan dzulhijjah 1446 H termasuk hingga hari arafah dan idul adha tahun 2025. Langkah sederhana, insyaallah menjadikan kita membuka diri


Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar