Motivasi ketika anak-anak yang begitu lekat : ” gantungkan cita-citamu setinggi bintang, karena kalaupun jatuh paling dibulan.” Sebuah motivasi bagi kita dulu yang sering diingatkan ketika belajar. Tentu hal ini sebuah motivasi yang tepat untuk memacu semangat belajar. Diharapkan kita lebih giata dan tekun dalam belajar sehingga apa yang dicita-citakan tersebut dapat tercapai.
Namun dibalik itu ternyata ada sesuatu hal yang perlu menjadi perhatian kita. Untuk mengejar cita-cita tersebut, kita seperti memaksakan diri. Terlalu tinggi harapan namun tidak dibarengi nilai-nilai dalam menggapainya. Tidak jarang ada sampai terjerumus dalam keputusasaan, bisa jadi seperti stress dan terlibat dalam penggunaan obat-obatan terlarang. Tidak jarang pula kita menghalalkan segala cara agar tercapai cita-cita. Mungkin masih pada ingat tulisan anak langka dan istimewa. dengan semata tujuan ini maka tidak heran jika suap dan kecurangan lainnya akan dilakukan dilakukan agar tercapai cita-cita.
Prilaku menghalalkan segala cara tidak hanya di endingnya saja. Bahkan dari awal anak-anak sudah dipaksa untuk mendapat sekolah yang favorit dan nilat tertinggi. Untuk bisa masuk sekolah favorit, kita harus melalui cara yang tidak sebenarnya. Untuk mendapatkan nilai yang tinggi dilakukan dengan cara curang. Dan masih banyak hal lainnya yang dilakukan agar cita-cita setinggi bintang dapat diraih. Bahkan orangtua juga sampai harus memaksakan diri melakukan yang dilarang oleh agama dan hukum agar dapat mampu memfasilitasi cita-cita sianak.
Lalu apakah menggantung harapan dan cita-cita setinggi Firdaus akan lebih baik? Niscaya akan lebih baik, karena itu petunjuk Allah dan RasulNya.
“Sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat (kedudukan) yang Allah menyediakannya buat para mujahid di jalan Allah dimana jarak antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi. Untuk itu bila kalian minta kepada Allah maka mintalah surga firdaus karena dia adalah tengahnya surga dan yang paling tinggi. Aku pernah diperlihatkan bahwa diatas firdaus itu adalah singgasanannya Allah Yang Maha Pemurah dimana darinya mengalir sungai-sungai surga".” (HR. Bukhari 2581)
Mari kita lihat dimana kelebihan menggantungkan harapan dan cita-cita setinggi Firdaus yaitu :
1. Letak Firdaus jauh lebih tinggi dari pada bintang, jika bintang hanya masih pada langit pertama, sementara firdaus berada tepat dibawah singgasananya Allah Yang Maha Pemurah. Firdaus dilihat Rasulullah pada saat Isra Mi’raj ke langit ketujuh sidratul muntaha. Otomatis jika orientasinya letkan cita-cita setinggi-tingginya maka akan lebih baik meletakkan cita-cita setinggi firdaus.
2. Orang mempunyai cita-cita setinggi firdaus akan belajar dan berusaha dengan tekun gigih untuk mencapai cita-cita dunia namun tidak melupakan cita-cita akhirat. Mau jadi presiden tapi bukan sembarang presiden, tapi presiden yang berorientasi firdaus, mau jadi jenderal tapi jenderal yang beorientasi firdaus, mau jadi pengusaha kaya raya tapi pengusaha yang berorientasi firdaus. Mau jadi peneliti sukses tapi peneliti berorentasi firdaus. Mau jadi petani modren ya petani yang berorientasi petani firdaus.
3. Orang yang bercita-cita tinggi dengan berorientasi pada firdaus tidak berani keluar dari ajaran Allah dan RasulNya. Dalam mengejar cita-citanya dia tidak berani menghalalkan segala cara, ada aturan yang mengikatnya. Dia tidak akan berani bermain curang licik, bermain dengan suap dan kebohongan untuk menggapai cita-citanya tersebut.
4. Orang yang berorientasi fidaus ketika cita-citanya tercapai, maka ia akan berlaku amanah, adil dalam menjalankan kekuasaan dan kekuatan dirinya. Petani akan memberikan hasil panen yang baik dan sehat dikonsumsi. Nelayan akan memberikan tangkapan yang bebas formalin. Pedagang akan berlaku jujur dalam timbangannya. Pejabat dan birokrat akan melayani masyarakatnya dengan adil. Dan cita-cita lainnya yang mampu memberikan yang terbaik bagi dirinya dan orang lain.
Namun bukan berarti orang yang berorientasi firdaus tidak bisa gagal dalam mengejar cita-cita dunianya. Seorang anak dari SD sampai sampai SMA sudah belajar tekun keras agar bisa menjadi seorang dokter. Tapi gagal masuk kuliah kedokteran. Orang yang berorientasi firdaus tidak akan putus asa, tidak akan jatuh kepada hal-hal yang dilarang.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. (Qs.2:216).
Makanya orang yang berorientasi firdaus akan terus berusaha karena cita-cita jauh lebih tinggi dari itu. dia akan terus belajar karena dia tahu tujuan hidupnya tidak hanya sekedar didunia, namun hidup di akhirat. Dia juga akan terus beramal dan beribadah karena dia tidak sekedar menolong orang lain dalam sekedar urusan dunia namun juga menolong orang untuk keselamatan akhirat.
Semoga kita selalu sukses dalam cita-cita dunia, tanpa meninggalkan cita-cita terbesar kita, kehidpan abadi diakhirat.
Posting Komentar
Posting Komentar