Kenapa Alergi dengan kata KAFIR? (meluruskan Makna Kafir bag.3)

Akhir-akhir ini semakin banyak yang alergi dengan kata KAFIR. Ustadz dan ulama dibully dan dipersekusi karena mengucapkan kata KAFIR. Sedih melihatnya padahal kata KAFIR adalah bagian dari Ayat Allah yang sedikit ada 522 kali disebutkan dalam 464 ayat Alquran. Untuk itu akan kita bahas dari sudut lain dari biasanya, dan Insya Allah dapat menyejukkan dan mendamaikan.
Kenapa Alergi dengan kata KAFIR? (meluruskan Makna Kafir bag.3)

Memang sebagian umat beragama lain selain Islam seperti gusar dengan kata KAFIR.Seperti ada yang lain sendiri dengan kata KAFIR. Hingga bukan hanya diluar Islam yang Alergi. Bahkan dikalangan umat Islam sendiri ada yang alergi (malu) dengan kata KAFIR terutama kelompok Islam pengusung liberalisme, moderatis, toleransi dan lainnya. Hal ini tidak lain kurang utuhnya pemahaman makna KAFIR.

Sesungguhnya Istilah semacam KAFIR banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. diantara yaitu 
  1. Yang tidak Toleran disebut Intoleransi
  2. Bukan Formal disebut NonFormal
  3. Bukan fiksi disebut Nonfiksi
  4. Tidak Warga Negara Indonesia (WNI) disebut Warga Negara Asing (WNA)
Dan banyak lagi kata-kata seperti ini, bahkan agama-agama juga memiliki terminologi untuk kelompok diluarnya seperti
  1. Umat Yahudi menyebut orang diluarnya dengan kata Ghayim, 
  2. Umat Kristen menyebut orang diluarnya dengan Domba tersesat
  3. Umat Hindu menyebut orang diluarnya dengan Maitrah
Lalu kenapa kata KAFIR menjadi haram untuk disebutkan? Atau bahasa penggiat toleransinya disebutkan mendapatkan diskriminasi. Seakan-akan kata KAFIR tidak boleh atau tabu diucapkan, walaupun ada di dalam Alquran dan dijamin konstitusi. 

Dan padahal kalau kita dalami kata KAFIR dalam umat Islam sangat Indah dan sehingga ada aturan untuk menggunakannya. Karena sesuatu yang indah kalau tidak pada tempatnya bisa juga menjadi buruk. 

Kata KAFIR tidak semata digunakan untuk menyebut orang-orang diluar Islam. Hal ini karena orang-orang beragama Islam sendiri dapat dihukumi dengan kata KAFIR. Dan kata Kafir itu lawan kata dari IMAN, sehingga diluar orang berIMAN adalah orang KAFIR. Oleh karenanya kata KAFIR tidak bermain ditataran Ras, agama, atau suku tertentu.

Pendapat ini tentu berbeda dengan arti kata KAFIR yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pendapat ini diambil dari Alquran dan hadits sebagai sumber hukum utama dalam Islam. Dan pembahasan secar lengkap dapat dilihat sebagai berikut :

Dalil yang menyatakan Lawan kata Orang beriman adalah orang kafir 

Dalil yang menyatakan Lawan kata Orang beriman adalah orang kafir ini disebutkan dalam satu ayat yang sama yaitu pertama kali dalam surat Al Baqarah

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (QS.2:6)
Ayat yang menyandingkan orang-orang beriman dan orang-orang kafir cukup banyak di dalam Alquran. Diantaranya sikap mereka terhadap perumpamaan dari Allah Al Baqarah ayat 26. Di surat lain seperti Al Imran 72, 86 dan 90 dan masih banyak lainnya.

Makna kafir yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Hal ini tentu sedikit berbeda dengan Makna kafir yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Didalamnya disebutkan bahwa kafir adalah orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya. Padahal secara umum Rukun Iman bagi umat Islam terdiri atas enam yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari berbangkit, Qada dan Qadar. Hal ini juga disebutkan dalam Alquran surat An Nisaa ayat 136. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. 4:136)
Oleh karenanya mengerucutkan makna kafir hanya sebatas pada orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya saja, maka maknanya ikut menyempit. Dan tidak heran jika penyempitan makna kafir berakibat penyematannya hanya kepada orang-orang diluar pemeluk agama Islam. Padahal makna kafir itu lebih luas tidak menyentuh satu ras, agama atupun suku bangsa tertentu.

Makna Orang-orang Kafir dan Beriman

Makna kafir itu bisa juga dilekatkan umat yang beragama Islam sendiri. Contohnya menyamakan kedudukan orang-orang kafir dengan orang mendurhakai nabi ketika diakhirat

يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّىٰ بِهِمُ الْأَرْضُ وَلَا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثًا
Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun. (QS. 4:42)
Mendurhakai Nabi Muhammad SAW dapat dilakukan oleh umat islam sendiri diantaranya dengan mengingkari sunnah-sunahnya. Demikian juga, umat islam sendiri dapat termasuk kategori kafir jika mengolok-olok ayat alqurannya sendiri,

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, (Qs. 4: 140) 
Kafir bisa terjadi karena yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak diturunkan Allah keterangannya.

سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا ۖ وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۚ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. (Qs. 3:151)

Demikian juga kafir dapat disematkan kepada orang yang memilih-milih beriman pada sebagian namun mengingkari sebagian ayat dan sunnah yang lainnya.

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), (QS. 4:150)

Orang Kafir dan Beriman ada yang berasal dari Ahli Kitab


لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِن لَّمْ يَنتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Qs. 5:73)
Keberadaan orang-orang kafir dari ahli kitab disebutkan dalam surat Al Bayyinah

لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ
Orang-orang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (Qs. 98:1)
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang kafir ada dari kalangan ahli kitab. Ayat ini juga menyiratkan bahwa ada juga orang-orang beriman dari kalangan ahli kitab. Hal ini semakin dipertegas dan di jelaskan dalam surat Al Imran

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Qs. 3:52)

Makna Orang-orang Kafir dan Munafik

Bahkan umat Islam sendiri bisa juga termasuk golongan yang lebih buruk dari orang-orang kafir yaitu orang-orang munafik.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (Qs. 4:145)
Ancaman ini ditegaskan lagi dengan menyebutkan ancaman bagi orang-orang munafik dan orang-orang kafir

وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ هِيَ حَسْبُهُمْ ۚ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ
Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (QS. 9:68)

Adab penyebutan kata KAFIR

Walaupun kata kafir jelas sebagai lawan kata dari beriman, Namun Islam tetap memberi aturan dalam penyebutannya. Kita tidak bebas menghukumi orang dengan kata kafir karena Rasulullah SAW telah memberi rambu-rambunya yaitu 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يُحَدِّثُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِذَا قَالَ الرَّجُلُ لِلرَّجُلِ يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهِ أَحَدُهُمَا إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلَّا رَجَعَتْ عَلَى الْآخَرِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abdullah bin Dinar aku mendengar Ibnu Umar menceritakan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Jika ada seseorang memanggil orang lain dengan panggilan 'Wahai kafir', maka ucapan itu akan kembali kepada salah satu di antara keduanya. Jika benar seperti apa yang diucapkannya, maka begitulah. Namun jika tidak benar, maka ucapan itu akan kembali kepada orang yang mengucapkannya." Musnad Ahmad 4792

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa 
  1. Kata Kafir adalah lawan kata beriman, sehingga kurang tepat jika disematkan untuk orang-orang diluar beragama Islam
  2. Kata kafir lebih luas dari makna yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
  3. Orang Islam sendiri dapat jatuh pada kekafiran jika termasuk dalam kelompok diantaranya yaitu: orang-orang yang mendurhakai Nabi, mengolok-olok ayat Alquran, menyekutukan Allah dengan sesuatu, dan orang-orang mengimani sebagian ayat namun mengikuti sebagian ayat yang lain.
  4. Orang kafir dan beriman juga dapat berasal dari golongan ahli kitab
  5. Amanat Rasulullah SAW agar Umat islam tidak sembarangan menyebut seseorang dengan panggilan kafir. Karena benar atau salah, maka vonis ini jatuh kepada salah satunya bisa yang yang disebut atau yang menyebutkan.
Subhanaka Allahumma Wa Bihamdika Asyhadu Alla Ilaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa Atubu Ilaik
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar