Salah Tapi Ngotot dan Kaum Fir’aun

Di era digital sosial media, perilaku salah ngotot tidak mengakui kebenaran semakin jelas terpampang. Kebenaran kadang difahami hanya dari satu sudut pandang saja, tidak mau menerima kebenaran orang lain. Dan kebenaran juga kadang difahami sesuai dimana posisinya berada, sehingga pihaknya berada diposisi yang salah tetap tidak akan pernah mau mengalah. 

Prilaku ini tidak hanya terjadi dikalangan masyarakat awam yang salah karena kebodohannya. Elit masyarakat bahkan kaum intelektual juga ikut melakukan hal yang sama. Kesalahan ditutupi dengan berbagai analisis dan data yang menipu dan menyesatkan. Bahkan kalangan agama juga ikut melakukan hal yang sama dan menutupi kebenaran dengan dalil-dalil yang juga menyesatkan. 

Prilaku ini boleh jadi dipengaruhi filosofi yang mengatakan bahwa kesalahan yang terus dikampanyekan akan menjadi kebenaran. Tidak heran jika kemudian walaupun Salah Tapi Ngotot Tidak Mengakui Kebenaran, sebagian bagian propaganda menjadikannya kebenaran. Tidak jarang orang yang salah tapi ngotot ini justeru membungkam orang menyuarakan kebenaran dengan berbagai cara. 

Kondisi seperti ini juga yang menjangkiti kaum fir’aun ketika berhadapan dengan musa dan kaumnya. 

وَقَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الأرْضِ وَيَذَرَكَ وَآلِهَتَكَ قَالَ سَنُقَتِّلُ أَبْنَاءَهُمْ وَنَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ وَإِنَّا فَوْقَهُمْ قَاهِرُونَ (١٢٧) 

berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan Sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka". (QS. Al A’Raaf ayat 127) 

Ayat di atas menjelaskan bahwa pembesar-pembesar dari kaum fir’aun menegaskan bahwa Nabi Musa dan kaumnya adalah pembuat kerusakan di negeri mesir. Jika pembesar kaum fir’aun saja berpendapat seperti tu, bagaimana dengan masyarakat awamnya. Dan untuk membungkam kebenaran, mereka membunuhi anak anak lelaki dari kaum Nabi Musa. 

Prilaku ini juga yang menjangkiti orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit yaitu munafik. 

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (١١) 

dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan." (QS. Al Baqarah ayat 11) 

menghadapi perilaku ini tentu sering berujung pada perdebatan. Islam tidak melarang perdebatan, namun tentu ada koridor yang membatasinya. 

وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (٤٦) 

dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri". (QS. Al Ankabut ayat 46) 

Berdebat tetap dilakukan dengan cara yang paling baik, kecuali kepada orang yang dzalim. Dan Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim menurut pada mufassir adalah orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar