Mati dengan Membawa Uang dan Harta

Anda pernah berangkat umroh atau haji? Atau mungkin pernah jalan-jalan ke luar negeri? Walaupun hanya untuk beberapa hari saja, tentunya banyak yang harus dipersiapkan. Diantaranya uang sesuai mata uang yang berlaku di negara tujuan. Maka sebelum berangkat kita telah menukarkan rupiah ke bank atau money changer atau dalam bentuk emoney Internasional sehingga bebas bertransaksi di negara tujuan. 

Lalu bagaimana dengan kematian? Kehidupan setelah kematian adalah selamanya, mungkinkah kita tidak memerlukan uang atau harta di alam akhirat. Tentunya disana kita juga memerlukan uang dan harta yang cukup untuk dapat hidup yang enak dan nikmat di akhirat. 

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٢٧٤) 
orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al Baqarah ayat 274) 

Namun tentunya beda uang dan harta yang diperlukan diakhirat dengan yang kita miliki di dunia. Agar uang dan harta kita berguna di akhirat, tentunya uang dan harta itu harus ditukarkan terlebih ketika masih hidup di dunia sebelum napas terhenti. 
Mati dengan Membawa Uang dan Harta

Dimana ditukar uang dan harta tersebut? Tentunya banyak tempat penukaran uang dan harta ketika di dunia. Bisa dalam bentuk Zakat, Infak, sedekah ataupun wakaf sesuai dengan syariat. Membantu orang yang ditimpa musibah, emberi makan anak yatim,  dan orang miskin juga termasuk money changer akhirat ketika di di dunia. 

Lalu bagaimana bagi orang miskin untuk hidup saja kekurangan? 

Jangan silap, money changer akhirat juga menerima penukaran dalam bentuk puasa sunnah (yaitu selain puasa ramadhan atau mengganti). 

dari 'Aisyah dia berkata: 

دَارَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَوْرَةً قَالَ أَعِنْدَكِ شَيْءٌ قَالَتْ لَيْسَ عِنْدِي شَيْءٌ قَالَ فَأَنَا صَائِمٌ قَالَتْ ثُمَّ دَارَ عَلَيَّ الثَّانِيَةَ وَقَدْ أُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ فَجِئْتُ بِهِ فَأَكَلَ فَعَجِبْتُ مِنْهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ دَخَلْتَ عَلَيَّ وَأَنْتَ صَائِمٌ ثُمَّ أَكَلْتَ حَيْسًا قَالَ نَعَمْ يَا عَائِشَةُ إِنَّمَا مَنْزِلَةُ مَنْ صَامَ فِي غَيْرِ رَمَضَانَ أَوْ غَيْرِ قَضَاءِ رَمَضَانَ أَوْ فِي التَّطَوُّعِ بِمَنْزِلَةِ رَجُلٍ أَخْرَجَ صَدَقَةَ مَالِهِ فَجَادَ مِنْهَا بِمَا شَاءَ فَأَمْضَاهُ وَبَخِلَ مِنْهَا بِمَا بَقِيَ فَأَمْسَكَهُ 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memeriksaku (bertanya kepadaku) sekali, beliau bersabda: "Apakah kamu memiliki sesuatu?" Ia menjawab: "Aku tidak memiliki sesuatu pun." Beliau bersabda: "Maka aku berpuasa." Ia berkata: "Kemudian beliau memeriksaku (bertanya kepadaku) untuk kedua kalinya, dan telah dihadiahkan hais (makanan yang terbuat dari korma) untuk kami, lalu aku datang dengan membawa makanan tersebut, kemudian beliau memakannya, maka aku heran karenanya! Aku bertanya: "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, engkau masuk menemuiku dalam keadaan berpuasa, kemudian engkau makan hais?" beliau bersabda: "Ya, wahai Aisyah, kedudukan orang yang berpuasa selain Ramadlan atau selain mengqadha puasa Ramadlan, atau puasa sunnah, seperti seorang yang mengeluarkan sedekah hartanya, lalu ia menjadi orang yang dermawan dengan keinginannya, lalu ia meneruskannya dan menjadi kikir dengan -sesuatu- yang masih tersisa, lalu ia menahannya." Sunan Nasa'i 2284 

Bagaimana kalau kondisi untuk puasa tidak mengizinkan, dengan apa kita dapat bersedekah? 

Bisa bersedekah dengan kalimat tasbih, takbir,tahmid dan tahlil adalah sedekah demikian amar ma'ruf nahi munkar. Bahkan dengan kemaluan kita juga dapat bersedekah dilakukan pada jalan yang halal yaitu pernikahan. 

dari Abu Dzar bahwa 

أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا 

beberapa orang dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada beliau, "Wahai Rosulullah, orang-orang kaya dapat memperoleh pahala yang lebih banyak. Mereka shalat seperti kami shalat, puasa seperti kami puasa dan bersedekah dengan sisa harta mereka." Maka beliau pun bersabda: "Bukankah Allah telah menjadikan berbagai macam cara kepada kalian untuk bersedekah? Setiap kalimat tasbih adalah sedekah, setiap kalimat takbir adalah sedekah, setiap kalimat tahmid adalah sedekah, setiap kalimat tahlil adalah sedekah, amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah, bahkan pada kemaluan seorang dari kalian pun terdapat sedekah." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, jika salah seorang diantara kami menyalurkan nafsu syahwatnya, apakah akan mendapatkan pahala?" beliau menjawab: "Bagaimana sekiranya kalian meletakkannya pada sesuatu yang haram, bukankah kalian berdosa? Begitu pun sebaliknya, bila kalian meletakkannya pada tempat yang halal, maka kalian akan mendapatkan pahala." Shahih Muslim 1674 

Bahkan jika mereka yang lalai ketika di dunia, maka isteri atau anaka keturunan yang masih hidupa mash dapat bersedekah atas nama. Sama seperti seperti halnya ketika kekurangan uang dinegeri orang, dari negeri Sendiri (indonesia) dapat mentransferkan uang. Tentunya akan lebih utama jika kita melakukannya sebelum berangkat. Sehingga kita tidak sempat kekurangan uang di negeri orang. Demikian juga di akhirat akan afdol jika lakukan selagi masih hidup. 

Susah-susah di negeri sendiri tapi bisa menjadi tamu Allah di masjidil Haram dan Masjid Nabawi 

Berakit-rakit kehulu berenang ketepian 

Bersakit-sakit di alam fana bersenang-senang di alam kemudian
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar